Herman : “Mas, itu ditawari Mbaknya lo kok tidak dijawab? Dijamin puas mas, punya Mbak Inem paling ngangeni”.
Muklis : “Maaf, mas. Dengan tidak mengurangi rasa hormat saya, saya boleh bertanya kepada Mas? Tetapi, saya memohon agar mas menjawabnya dengan pelan!”
Herman : “Wach, mas ini aneh-aneh saja. Boleh-boleh, silakan!”
Muklis : “Apakah benar ini warung kopi?”
Herman : “Hah? Lha ini, apa yang kuminum bukan kopi, Mas?”
Muklis : “Tetapi, mengapa tadi Mbaknya mengatakan susu dan hitam manis?”
Herman : “Hahaha.... Mas, itu tadi maksudnya mas mau pesan kopi susu atau kopi hitam manis?”
Muklis : “Oh, begitu. (kemudian memanggil Mbak Inem). “Mbak!”
Mbak Inem: “Iya, mas. Jadi apa? Susu atau hitam manis?”
Muklis : “Sebelumnya saya mohon maaf kepada Mbak, karena tadi saya masih bingung dengan penawaran Mbak soal susu dan hitam manis.”
Mbak Inem: “Oh, iya mas. Ndak papa. Jadi mas mau minum kopi susu atau kopi hitam manis?”