Mohon tunggu...
A. Firmandika
A. Firmandika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang suka menonton film, mendengarkan musik, dan membaca komik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kajian Sosiologi Desain terhadap Pelat Nomor Hitam Vespa Klasik sebagai Simbol Identitas Komunitas

17 Oktober 2024   20:17 Diperbarui: 17 Oktober 2024   20:18 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Diagram survei tanggapan komunitas terhadap pelat nomor vespa klasik non konvensional (sumber: kuesioner, 2024)

Oleh: Abdullah Nasih Ulwan, Agung Firmandika, Desvita Saviena Putri, dkk.

Prodi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain, 

Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Jalan Parangtritis KM. 6,5 Sewon Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

ABSTRAK

Tulisan ini dibuat untuk melihat bagaimana pembentukan sebuah identitas komunitas dapat terbentuk. Fenomena ini terjadi pada pengguna vespa klasik dengan pelat nomor berwarna dasar hitam berbentuk persegi. Penelitian ini dibuat bertujuan untuk mengetahui pelat nomor hitam pada vespa klasik sebagai tanda visual (Simbol) dalam kontribusi terhadap pembentukan identitas komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara dan kuesioner sebagai teknik utama pengumpulan data berdasarkan teori dan pendekatan paradigma sosiologi. Guna mempermudah penelitian, digunakan metode analisis pengantar semiotika sehingga simbol yang direpresentasikan pada objek penelitian dapat diketahui sebagai tanda visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya makna khusus terhadap bentuk pelat nomor komunitas vespa klasik yang dilandasi atas kemiripan nilai dan perspektif antar anggota, kemudian membentuk suatu kesepakatan atas simbol identitas komunitas dan gaya hidup yang mereka pegang. Temuan ini menunjukkan bahwa tindakan kolektivitas komunitas vespa klasik dalam melestarikan identitas sejarah melalui media pelat nomor kostum sebagai simbol identitas komunitasnya. Penelitian ini diharap dapat memberikan sumbangsih dalam keilmuan DKV berupa cara pandang desain komunikasi visual terhadap peristiwa sosial, dalam konteks ini adalah fenomena unik pada pelat hitam di kendaraan vespa. Serta cara pandang pelat nomor sebagai bagian dari sosial-masyarakat yang layak untuk dikaji serta didalami, tidak terbatas dalam kajian sosiologi tapi juga desain komunikasi visual.

Kata kunci: Interaksionisme Simbolik, Konstruksi Sosial, Realitas Sosial, Interpretasi, Interaksi.

A SOCIOLOGICAL DESIGN STUDY OF BLACK NUMBER PLATES ON CLASSIC VESPA AS A SYMBOL OF COMMUNITY IDENTITY

ABSTRACT

This paper was created to examine how the formation of a community identity can take shape. This phenomenon occurs among classic Vespa users with square-shaped black license plates. The purpose of this research is to understand the black license plates on classic Vespas as visual signs (symbols) contributing to the formation of community identity. The research employs a qualitative method, with interviews and questionnaires as the main data collection techniques, based on sociological theories and approaches. To facilitate the research, an introductory semiotics analysis method was used, enabling the symbols represented in the object of study to be understood as visual signs. The findings show that the shape of the license plates in the classic Vespa community holds a special meaning, grounded in shared values and perspectives among members, which in turn creates a consensus on the symbol of community identity and the lifestyle they embrace. These findings indicate that the collective actions of the classic Vespa community in preserving historical identity through customized license plates serve as a symbol of their community identity. This research is expected to contribute to the field of Visual Communication Design , offering a perspective on visual communication design regarding social phenomena, in this context, the unique phenomenon of black plates on Vespa vehicles. It also presents a perspective on license plates as a part of the socio-cultural realm that deserves to be studied and explored, not only within sociological studies but also in visual communication design.

Keywords: Symbolic Interactionism, Social Construction, Social Reality,Interpretation, Interaction.

PENDAHULUAN

Di era modern saat ini, kehidupan manusia dipenuhi oleh komunikasi berbasis visual. Komunikasi visual semakin mendapat tempatnya ketika banyak hal dirasa tidak cukup disampaikan secara verbal. Bahkan komunikasi visual memiliki keluasan dan kreativitas terlebih dalam penyampaian informasi karena adanya rangsangan visual. Rangsangan visual membuat proses memahami informasi menjadi lebih mudah (Thorndike dalam Rahman, 2024).  Kemudian disampaikan oleh AD Pirous yang dikutip oleh Sumbo Tinarbuko dalam buku DEKAVE (2015), bahwa komunikasi visual hakikatnya adalah bahasa yang tugas utamanya membawa pesan individu atau kelompok pada pihak lain. Perbedaan paling mencolok dari komunikasi verbal dan visual ada pada media penyampaian informasi. Komunikasi verbal memanfaatkan suara dari susunan huruf atau angka untuk menyampaikan informasi. Komunikasi visual menggunakan gambar-gambar yang bisa ditangkap oleh mata. Walaupun demikian, huruf dan angka juga bisa digolongkan dalam komunikasi visual. Huruf adalah anggota abjad yang mewakili suatu bunyi dan disepakati bersama. Begitu juga dengan angka yang merupakan tanda bilangan. Kita sering menemui pengaplikasian pesan visual keduanya melalui pelat nomor kendaraan.

Pelat nomor kendaraan adalah pelat logam yang berfungsi untuk menempatkan tanda nomor kendaraan. Pelat nomor memudahkan pihak berwajib dalam mengidentifikasi kendaraan sehingga fungsi pengawasan berjalan dengan baik. Dalam komunikasi visual, pelat nomor bisa dianggap sebagai tanda atau simbol yang memiliki beragam pemaknaan konotatif. Hal ini senada dengan konsep signified yang diungkap Saussure dalam Jatmikanurhadi, 2023. 

Dikatakan Sumbo Tinarbuko (2015) desain komunikasi visual sangat lekat dalam kehidupan manusia sampai mewakili sosial-budaya masyarakat. Desain komunikasi visual tidak hanya sekedar ide atau gagasan, tapi berwujud dalam produk yang dapat dicerna indrawi manusia.  Dilanjutkan, Sumbo Tinarbuko dalam mata kuliah Sosiologi Desain pada 12 September 2024, desain komunikasi visual tidak hanya berbicara soal visual, lebih luas, mengajak dalam menyelami dinamika sosial. Melalui pendekatan ini, pelat nomor kendaraan bisa dikaji melalui pendekatan sosiologi dan tiga fungsi DKV.  

Dalam penelitian ini, kami mengambil objek berupa pelat nomor hitam pada kendaraan vespa klasik. Vespa adalah sepeda motor berjenis skuter yang berasal dari Italia. Bodinya lebih kecil dari motor kebanyakan dan mengeluarkan suara yang khas saat dikendarai. Dibanding motor pada umumnya, vespa memiliki desain yang unik dan nilai sejarah sehingga memiliki komunitas besar di Indonesia. Komunitas vespa kerap terlihat mengenakan pelat berbentuk persegi yang mana menyinggung aturan berlalu lintas. Komunitas vespa klasik menganggap tindakan ini sebagai cara menjaga kultur vespa yang berasal dari Italia. Selain itu tubuh vespa klasik juga tidak didesain untuk penggunaan pelat persegi panjang dan apabila dilakukan modifikasi perlu mengganti dek penyangga pelat yang mana akan dirasa merusak estetika dan nilai seni yang ada pada vespa. 

Alasan pemilihan objek kajian dikarenakan fenomena unik yang terjadi dalam komunitas vespa klasik. Komunitas merupakan suatu kelompok sosial berisikan beberapa individu  yang saling berinteraksi di lingkungan tertentu dan secara umum memiliki latar belakang serta kepentingan bersama (Ernawati, 2024) Menilik paradigma interaksionisme simbolik, tindakan mempertahankan desain asli pelat vespa klasik dipersepsikan sebagai cara individu mengekspresikan nilai-nilai klasik. Berdasarkan hasil wawancara dari komunitas vespa klasik, Fatmawati Independent Scooterist (FIS), menyatakan bahwa mereka melestarikan bentuk pelat persegi dari pabrik pembuatan vespa klasik. Komunitas menganggap menjaga tradisi bentuk pelat sebagai kebanggaan untuk mempertegas nilai-nilai klasik yaitu identitas, informasi, promosi. Dimana tiga hal tersebut adalah fungsi desain komunikasi visual. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelat nomor hitam pada vespa klasik sebagai tanda visual (Simbol) dalam kontribusi terhadap pembentukan identitas komunitas.

Pengkajian ini juga melibatkan paradigma konstruksi sosial untuk memahami bagaimana proses pembentukan identitas komunitas terhadap fenomena sosial. Kemudian untuk memperkuat pengkajian, kami sertakan metodologi kualitatif deskriptif. Data didapat melalui wawancara dan penelusuran pada media cetak serta daring. 

Penelitian ini diharap dapat memberikan sumbangsih dalam keilmuan DKV berupa cara pandang desain komunikasi visual terhadap peristiwa sosial, dalam konteks ini adalah fenomena unik pada pelat hitam di kendaraan vespa. Diharapkan juga penelitian ini memberikan wawasan mendalam tentang dinamika antara identitas komunitas dan peraturan yang berlaku serta bagaimana pelanggaran peraturan dapat diinterpretasikan dalam konteks budaya. Tidak ketinggalan, penelitian ini juga menawarkan noveltis dalam cara pandang pelat nomor sebagai bagian dari sosial-masyarakat yang layak untuk dikaji serta didalami, tidak terbatas dalam kajian sosiologi tapi juga desain komunikasi visual.

METODE PENELITIAN 

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data primer berupa wawancara, observasi, pengambilan sampel dan data sekunder berupa studi literatur yang relevan. Menurut Kriyantono (2006:69) penelitian deskriptif berupaya menggambarkan atau menguraikan hal dengan apa adanya serta menggunakan data kualitatif yang akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati.

Penelitian dilakukan dengan menganalisis tanda visual berupa simbol yang merepresentasikan lewat objek penelitian yaitu pelat nomor persegi. Dengan menggunakan analisis pendekatan teori sosiologi, yaitu paradigma konstruksi sosial dan paradigma fungsionalisme simbolik oleh Herbert Blumer dan didukung oleh teori semiotika oleh Roland Barthes.

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada peraturan dalam Undang-Undang (UU) No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Ditegaskan bahwa setiap kendaraan wajib dipasangkan pelat nomor. Pada UU ini juga tertulis bahwa pelat nomor kendaraan dilarang untuk dimodifikasi seperti mengubah warna, bentuk, tulisan, maupun ditempeli logo dan stiker yang tidak resmi alias ilegal.

Pada peraturan yang tertulis, kendaraan bermotor hanya diperbolehkan untuk menggunakan bentuk pelat nomor resmi yang berbentuk persegi panjang. Akan tetapi, terdapat perbedaan bentuk pelat nomor dengan fakta lapangan pada vespa klasik. 

Hasil dari penelitian terhadap pelat nomor hitam berbentuk persegi pada vespa klasik, dapat ditemukan hubungan teori sosiologi dengan tiga fungsi DKV. Teori sosiologi yang diajukan dalam penulisan ini adalah paradigma interaksionisme simbolik dan paradigma konstruksi sosial. Paradigma interaksionisme simbolik menurut George Herbert Mead yang dikutip dari jurnal ilmiah Nugraha Sugiarta dan Anggita Lestari (2023:344) menunjuk pada sifat khas dari interaksi antar manusia. Artinya manusia saling menerjemahkan dan mendefinisikan tindakannya, baik dalam interaksi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri. Menurut Berger dan Thomas Luckman yang dikutip dalam karya ilmiah Noname, N. (2018:3) paradigma konstruksi sosial adalah Istilah konstruksi sosial atas realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Kemudian, kedua paradigma dihubungkan dengan tiga fungsi DKV yaitu fungsi identitas, fungsi informasi, dan fungsi promosi.

HASIL OBSERVASI

Observasi data primer diperoleh dengan wawancara kolektif dan kuesioner kualitatif. Dengan narasumber Alvi sebagai salah satu pengguna pelat nomor persegi hitam dalam komunitas serta anggota komunitas Fatmawati Independent Scooterist sebagai responden utama.

Wawancara

Hasil wawancara dengan Alvi, pemilik Vespa klasik sekaligus anggota komunitas Fatmawati Indo Scooter (FIS). Alvi melihat Vespa sebagai simbol persaudaraan dan menekankan pentingnya hubungan sosial di komunitasnya, ia telah bergabung dengan komunitas ini sejak 2013 dan menjadi salah satu anggota lama. Alvi juga berbagi pengalamannya mengenai penggunaan pelat kotak pada Vespa klasik. Baik secara pribadi maupun di komunitas, ia belum pernah ditilang hanya karena pelat kotak. Dirinya pernah menggunakan pelat custom dalam perjalanannya, dan dari pengalamannya pelat tersebut jarang memicu tilang. Lonjakan harga Vespa sejak pandemi menurutnya turut berdampak pada peluang bergabungnya calon anggota baru ke dalam komunitas. Nilai-nilai komunitas tetap dijaga, tercermin melalui kegiatan amal dan riding bersama. Komunitas FIS yang terus berkembang juga menyediakan dukungan dan perlindungan bagi anggotanya melalui jaringan yang kuat dengan instansi terkait. Bagi Alvi, menjadi bagian dari komunitas ini adalah kesempatan untuk merasakan kebersamaan dan dukungan di tengah kesamaan minat.

Kuesioner

Gambar 2. Diagram survei tanggapan komunitas terhadap kostumisasi bentuk pelat nomor(sumber: kuesioner, 2024)
Gambar 2. Diagram survei tanggapan komunitas terhadap kostumisasi bentuk pelat nomor(sumber: kuesioner, 2024)

Dari hasil kuesioner yang telah dilakukan kepada 8 koresponden, hasil menunjukan bahwa 3 orang menyatakan pelat nomor kustom masih cukup populer, sementara 4 responden berpendapat bahwa penggunaannya sudah jarang karena semakin banyak pemilik kendaraan yang mematuhi aturan. Satu responden menyatakan bahwa penggunaan pelat non-konvensional relatif tergantung pada situasi. 

Secara keseluruhan, mayoritas pengemudi di komunitas Vespa memilih untuk mematuhi aturan dengan tetap menggunakan pelat nomor asli yang dikeluarkan oleh Samsat, dan hanya sedikit yang memilih untuk memodifikasi atau menggunakan pelat nomor kustom. Tren penggunaan pelat nomor kustom kini semakin jarang terlihat, seiring dengan peningkatan kepatuhan pengguna terhadap peraturan lalu lintas.

Selain itu, dari 8 responden, 5 orang merasa bahwa menggunakan pelat nomor kustom membantu mereka mempertahankan gaya klasik Vespa dan mencerminkan identitas komunitas. Namun, 3 orang lainnya tidak setuju dengan pandangan tersebut.

Mayoritas responden setuju bahwa pelat nomor unik pada Vespa klasik bisa menjadi bentuk ekspresi dan kreasi pribadi yang menarik. Meski begitu, mereka menekankan pentingnya tetap mematuhi aturan dengan menggunakan nomor yang sesuai dokumen resmi kendaraan. Beberapa juga berpendapat bahwa bagi sesama penghobi Vespa, aspek yang lebih diperhatikan adalah jenis dan tahun Vespa, bukan sekedar bentuk pelat nomornya.

Hasil responden perihal pandangan mengenai pelat nomor vespa klasik yang unik dan berbeda dari motor lainnya, telah menunjukkan respon yang beragam seperti 3 responden  menekankan pentingnya kesesuaian pelat nomor dengan dokumen resmi, menyatakan bahwa kreativitas dalam desain pelat nomor seharusnya tidak mengabaikan peraturan yang berlaku. 2 responden lainnya menyoroti aspek kebanggaan dan seni dalam memiliki pelat nomor yang unik, selanjutnya salah satu responden menekankan bahwa kebebasan berkreasi tetap harus diimbangi dengan pemahaman terhadap aturan lalu lintas. Sementara itu, salah satu responden lainnya menyarankan agar pemilik vespa sebaiknya mengikuti aturan yang ada, di sisi lain ada juga salah satu responden yang menanggapi hal ini biasa saja, lebih fokus pada jenis dan tahun vespa yang dimiliki, dan responden terakhir menekankan pentingnya mengikuti konsep motor. Secara keseluruhan, meskipun ada apresiasi terhadap kreativitas dalam desain pelat nomor, mayoritas responden sepakat bahwa kepatuhan terhadap peraturan adalah hal yang utama.

Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa ada Penurunan Popularitas dan Pelat Nomor kustom hal ini dapat dilihat dari 8 responden, 3 orang menyatakan bahwa pelat nomor non-konvensional masih populer, sementara 4 orang mengatakan penggunaannya sudah jarang karena kepatuhan terhadap aturan semakin meningkat. Satu responden berpendapat bahwa penggunaan pelat kustom tergantung pada situasi tertentu.

Sejalan dengan itu, mayoritas pengemudi di komunitas Vespa lebih memilih menggunakan pelat nomor asli dari Samsat, mencerminkan peningkatan kesadaran akan pentingnya mematuhi regulasi lalu lintas dan kepatuhan terhadap Aturan.

Disisi lain, ekspresi diri melalui pelat nomor kustom masih memiliki tempat di hati beberapa penggemar Vespa. Lima responden merasa bahwa pelat nomor kustom mencerminkan gaya dan kebanggaan komunitas, sementara tiga responden tidak setuju. Meskipun pelat nomor kustom diakui sebagai bentuk ekspresi, sebagian besar responden lebih fokus pada jenis dan tahun Vespa sebagai elemen identitas yang lebih signifikan.

Secara keseluruhan, meskipun ada apresiasi terhadap pelat nomor kustom sebagai ekspresi diri, kepatuhan terhadap aturan lalu lintas menjadi prioritas di kalangan penghobi Vespa.

GAMBAR PELAT BAWAAN ATAU MODIFIKASI VESPA KLASIK

Gambar 3. Pelat persegi hitam custom  (sumber : Instagram FIS)
Gambar 3. Pelat persegi hitam custom  (sumber : Instagram FIS)

 Gambar 4. Ragam vespa klasik komunitas FIS (sumber : Instagram FIS) 
 Gambar 4. Ragam vespa klasik komunitas FIS (sumber : Instagram FIS) 

Gambar 5.  Elemen logo sebagai salah satu simbol identitas komunitas (sumber : Instagram FIS)
Gambar 5.  Elemen logo sebagai salah satu simbol identitas komunitas (sumber : Instagram FIS)

Gambar 6. Custom teks pada pelat nomor  (sumber : Instagram FIS)
Gambar 6. Custom teks pada pelat nomor  (sumber : Instagram FIS)

TABEL OBSERVASI

Deskripsi data diperoleh dari data primer berupa desain pelat nomor persegi milik responden Alvi. Pelat nomor ini didapat dari hasil observasi langsung pada 29 September 2024.

Gambar 7. Pelat Nomor Vespa Klasik Milik Responden Alvi
Gambar 7. Pelat Nomor Vespa Klasik Milik Responden Alvi
Motor Vespa klasik milik Alvi sendiri merupakan seri Vespa super berwarna merah yang diproduksi tahun 1973. Vespa Super 1973 adalah salah satu ikon skuter klasik yang sangat digemari oleh para kolektor dan pecinta Vespa. Motor ini memiliki desain yang khas dan menjadi salah satu model Vespa yang paling populer di masanya.

Tabel 1.1. Identifikasi dan Hasil Observasi
Tabel 1.1. Identifikasi dan Hasil Observasi

Tabel 1.1. Identifikasi dan Hasil Observasi
Tabel 1.1. Identifikasi dan Hasil Observasi

Paradigma Interaksionisme Simbolik Sebagai Fungsi, Identitas, Informasi dan Promosi Pada Pelat Nomor Vespa Klasik

Identitas pengguna vespa klasik dan komunitasnya dapat direpresentasikan lewat kekhasan pelat nomor. Peran pelat nomor pada vespa klasik tidak hanya berfungsi sebagai tanda pengenal administratif kendaraan, tetapi dapat juga berperan sebagai simbol yang membentuk, menggambarkan, dan menegaskan identitas individu atau kelompok pada masyarakat. Penanda tersebut terbentuk lewat interaksi sosial dan pendefinisian diri berdasarkan pandangan orang lain. Hal itu kemudian menciptakan makna identitas sebuah komunitas akibat hubungan sosial yang dilandasi dengan visi dan misi yang sama terhadap nilai dan sejarah pada komunitas vespa klasik. 

Aspek simbolik yang terdapat pada pelat nomor vespa klasik yang berkaitan dengan tiga fungsi. Fungsi informasi yang diterapkan berupa logo, stiker, dan desain pelat nomor khusus yang digunakan oleh anggota dapat memberikan informasi tentang koneksi, sejarah, dan budaya komunitas. Kemudian, mereka menggunakan elemen visual seperti warna tertentu, pakaian, dan aksesoris yang telah disepakati bersama untuk menunjukkan fungsi identitas mereka sebagai bagian dari komunitas. Selain nomor yang ada di dalam pelat itu sendiri yaitu adalah penggunaan stiker atau penggunaan aksesoris berupa pin yang kerap terpasang pada pelat nomor. Stiker atau pin yang terpasang dapat menjadi media untuk memperkenalkan informasi identitas komunitas tetapi juga sebagai sarana penerapan fungsi promosi. Dalam DKV, simbol-simbol ini dikembangkan secara konsisten untuk membentuk identitas visual yang unik, sehingga mudah dikenali dan dapat membedakan anggota komunitas dari kelompok lain.

Paradigma Konstruksi Sosial Sebagai Fungsi Identitas dan Promosi Pada Pelat Nomor Vespa Klasik 

Paradigma Konstruksi Sosial mengacu pada interaksi antar individu yang membentuk realitas sosial melalui kesepakatan dalam pemberian makna atas hal-hal yang ada disekitar. Pada Pelat Nomor Komunitas Vespa Klasik para anggota komunitas memberi makna khusus pada kendaraan mereka. Pemaknaan melalui interaksi, dilandasi dengan kemiripan nilai dan perspektif antar anggota, kemudian memunculkan kesepakatan dalam memberikan makna bahwa pelat tersebut bukan hanya berarti sebagai identitas kendaraan bermotor saja, tetapi juga sebagai simbol identitas komunitas dan gaya hidup yang mereka anut. Pelat nomor Vespa klasik yang berbentuk persegi, melalui paradigma konstruksi sosial, telah mengalami transformasi makna di kalangan komunitas Vespa. Tidak lagi dipandang sekadar sebagai alat administratif, pelat ini menjadi simbol yang mewakili nilai-nilai seperti solidaritas, keanggotaan, dan kecintaan terhadap tradisi serta estetika klasik.

Melalui interaksi sosial, para anggota komunitas sepakat bahwa pelat nomor ini mencerminkan identitas kolektif mereka sebagai pecinta Vespa klasik yang menghargai aspek sejarah dan budaya dari kendaraan tersebut. Seiring waktu, pelat nomor persegi ini pun menjadi lambang kebanggaan, di mana setiap pemilik Vespa dengan pelat nomor tersebut secara tidak langsung menampilkan jati diri mereka sebagai bagian dari kelompok yang memiliki selera khusus terhadap hal-hal vintage, orisinalitas, dan eksklusivitas.

Dalam konteks yang lebih luas, pelat nomor kotak Vespa juga berfungsi sebagai alat komunikasi visual di antara pemilik Vespa maupun untuk masyarakat di luar komunitas. Mereka yang melihat pelat ini di jalan bisa langsung mengenali bahwa pemiliknya adalah bagian dari subkultur yang lebih besar, yang tidak hanya menghargai Vespa sebagai alat transportasi, tetapi juga sebagai warisan sejarah yang membentuk identitas pribadi dan sosial mereka.  Simbol - simbol dalam pelat yang khas menghasilkan pesan visual yang juga dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku individu dalam masyarakat. Ketika terjadi sebuah interaksi dengan masyarakat luas, hal itu menjadi sebuah fungsi promosi di dalam pelat nomor kendaran Vespa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari observasi wawancara, teori, metode serta paradigma yang digunakan, simbol pelat vespa klasik mempunyai arti tanda visual yang berkorelasi terhadap tiga fungsi Desain Komunikasi Visual (DKV).

Fungsi informasi diwujudkan melalui simbol-simbol seperti stiker dan pin yang dipasang pada pelat, yang memberikan petunjuk tentang sejarah, budaya, dan koneksi sosial dalam komunitas. Sementara itu, fungsi identitas tercermin melalui penggunaan elemen visual dengan makna simbol bentuk pelat persegi sebagai tanda eksklusivitas dan memperkuat keterikatan para anggotanya dengan komunitas, seperti bentuk pelat persegi yang mencirikan vespa klasik. Fungsi promosi, media pelat nomor Vespa Klasik sebagai salah satu sarana promosi komunitas terkait membangun sarana jaringan & solidaritas antar komunitas vespa klasik. 

Dari perspektif interaksionisme simbolik, pelat persegi merupakan salah satu cara bagi anggota komunitas untuk menunjukkan identitas mereka melalui elemen visual yang berbeda. Pemaknaan unik dari pelat nomor ini dihasilkan dari interaksi sosial yang terjadi di sekitar komunitas seseorang. Ini menjadi simbol yang menghubungkan individu dengan komunitas dan nilai-nilai tradisi yang dihormati bersama. Ini menunjukkan bagaimana simbol visual dapat membantu menegaskan identitas kelompok dan memperkuat solidaritas komunitas.

Sedangkan dari persepsi konstruksi sosial, pelat persegi dianggap sebagai hasil kesepakatan sosial di antara anggota komunitas yang melihatnya sebagai simbol solidaritas, tradisi, dan estetika. Pemaknaan ini muncul dari interaksi antara anggota komunitas yang memiliki nilai dan pandangan yang berbeda, sehingga pelat persegi bukan hanya penanda kendaraan tetapi juga simbol gaya hidup dan identitas kolektif. 

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pelat nomor Vespa klasik dapat berfungsi sebagai alat komunikasi visual yang membantu orang berinteraksi satu sama lain dan memainkan peran penting dalam membangun dan mempertahankan identitas komunitas. Melalui pendekatan sosiologi dan desain komunikasi visual, penelitian ini memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang bagaimana sebuah elemen sederhana seperti pelat nomor dapat memiliki nilai yang kompleks dan signifikan dalam konteks sosial dan budaya. Selain itu, penelitian ini membuka peluang untuk kajian lebih lanjut mengenai bagaimana simbol-simbol visual lainnya dalam komunitas dapat dijadikan media pembentuk identitas dan komunikasi visual yang efektif.

SARAN  

Berdasarkan kajian yang telah kami lakukan, setiap Komunitas Vespa Klasik disarankan untuk terus mengadakan promosi kegiatan yang mendukung solidaritas dan orisinalitas sejarah Vespa Klasik dengan memanfaatkan platform media sosial untuk membagikan foto, video, dan informasi seputar edukasi agar harapannya khalayak dapat memahami nilai dan simbol pelat sejarah yang terkandung sehingga dapat lebih membangkitkan pandangan positif soal citra Komunitas Vespa Klasik sebagai pelestari identitas komunitasnya di mata publik. 

DAFTAR PUSTAKA

Adiprasetya, Andreas. (2021). Semiotika Visual dalam Desain Komunikasi. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

Auksi. (2023). Kode plat nomor belakang Jakarta dan cara membaca plat kendaraan. Auksi. https://www.auksi.co.id/detail-artikel/kode-plat-nomor-belakang-jakarta-dan-cara-membaca-plat-kendaraan

Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism: Perspective and Method. Inggris: Prentice Hall. 

Calystasia, Bunga., Prasetya, Rahmawan D., Susanto, Endro Tri. (2022). Konsistensi Identitas Citra Merek Produk Vespa di Mata Pengguna.

Derung, Teresia Noiman. (2017). Interaksionisme Simbolik Dalam Kehidupan Bermasyarakat. JURNAL SAPA, 2 (1). 

Ernawati, E.,Nirwana,T.,&Kusumadinata, A.(2024). Komunikasi Kelompok Pada Komunitas Vespa Brotherhood Scooteris Cemplang.

Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Lembaga Negara RI Tahun 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025. Sekretariat Negara. Jakarta.

Jatmikanurhadi. (2023). Tentang Ferdinand de Saussure. sastraindonesia.upi.edu. https://sastraindonesia.upi.edu/2023/03/03/tentang-ferdinand-de-saussure/. Dikutip 2 Oktober 2024.

Kriyantono, Rahmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : PT. Kencana Perdana.

McLeod, Saul. (2023).  Social Identity Theory In Psychology (Tajfel & Turner, 1979). simplypsychology.org.  https://www.simplypsychology.org/social-identity-theory.html. Dikutip 2 Oktober 2024.

Sugiarta, N., & Lestari, A. (2023). Interaksionisme Simbolik dalam Interaksi Antar Manusia. Jurnal Ilmiah. (Halaman 344).

Noname, N. (2018). Konstruksi Sosial atas Realitas: Sebuah Pendekatan Sosiologis. Karya Ilmiah. (Halaman 3).

Prastya, Madya (2020). Jawaban Mengapa Vespa Tidak Pernah Kena Tilang. Di akses pada 30 September 2024, dari https://www.carmudi.co.id/journal/jawaban-mengapa-vespa-tidak-pernah-kena-tilang/amp/  

Pratama, Ridwan. (2020). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Bandung: Penerbit Informatika.

Rahman, U., Dwi, A., & Ukthi, M. (2024). Penerapan Teori-Teori Belajar Pada Pendidikan Anak Usia Dini. CV Jejak, hlm. 39.

Soeprapto, R. (2002). Interaksionisme Simbolik : Perspektif Sosiologi Modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sulaiman, Aimie. (2016). Memahami Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. Jurnal Society, 4(1), 15-22.

Tinarbuko, Sumbo. (2015). DEKAVE Desain Komunikasi Visual - Penanda Zaman Masyarakat Global. Yogyakarta :CAPS (Center for Academic Publishing Service), hlm. 7.

Tinarbuko, Sumbo. (2019). Membaca Makna Iklan Politik Pilpres 2019.  MUDRA Jurnal Seni Budaya, 34 (2), 250-258.

Wagiyo. (n.d.). Modul 1 Paradigma Sosiologi dan Teori Pendekatannya. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka (UT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun