Mohon tunggu...
Agung Dwi
Agung Dwi Mohon Tunggu... Editor - When the night has come

Menulis - Menyunting - Mengunggah.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Menilik "Rookie" MotoGP 2018

26 Februari 2018   13:38 Diperbarui: 26 Februari 2018   14:44 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Franco Morbidelli yang juga murid Valentino Rossi di VR46 digadang-gadang menjadi Rookie of The Year 2018. Foto: Crash.net

Lima pebalap lulus dari kelas intermediate (Moto2) dan dipromosikan ke kelas para raja. Siapa yang bakal menjadi penerus Johann Zarco musim ini?

Di awal musim 2017, Bos Marc VDS Michael Bartholemy memberi tantangan kepada dua pebalap Moto2-nya, Franco Morbidelli dan Alex Marquez (adik Marc Marquez). Siapa yang bisa konsisten tampil tercepat, bahkan menjadi juara dunia di kelas Moto2, dia bakal dipromosikan ke kelas MotoGP. Morbidelli yang juga murid Valentino Rossi di akademi VR46 menjawab tantangan sang bos.

Morbidelli langsung tancap gas, mendominasi kelas ini semenjak seri pertama. Tiga balapan awal, Franco mengunci semua kemenangan. Ia sempat tergelincir di Jerez, namun ia bangkit kembali dengan kemenangan di Le Mans, Prancis. Belum genap setengah musim berjalan, Bartholemy langsung menyodorkan kontrak baru bagi Franco di sela GP Belanda, 24 Juni 2017. Isinya, mulai tahun depan hingga 2019 dengan opsi perpanjangan 2020, Morbidelli bakal membalap di kelas MotoGP bersama Marc VDS Honda.

Rider dengan nomor #21 ini tak mengendurkan dominasi, meski sudah memastikan kursi di kelas premier. Franco tak terbendung hingga akhir musim. Ia menjadi pebalap pertama dari akademi VR46 yang menjadi juara dunia di ajang motor prototipe dan juga pebalap pertama didikan Rossi yang ikut kelas MotoGP.

Franco Morbidelli yang juga murid Valentino Rossi di VR46 digadang-gadang menjadi Rookie of The Year 2018. Foto: Crash.net
Franco Morbidelli yang juga murid Valentino Rossi di VR46 digadang-gadang menjadi Rookie of The Year 2018. Foto: Crash.net
"Franco adalah pebalap paling bertalenta yang pernah bekerja denganku semenjak Shinya Nakano," ujar Bartholemy yang juga pernah menjadi bos di tim pabrikan Kawasaki di MotoGP.

Ya, Franco adalah rookie pertama yang dipastikan ikut MotoGP 2018. Dua bulan berikutnya, dua pesaing utama Franco menyusul: Takaaki Nakagami yang dikontrak langsung oleh Honda Racing Corporation (HRC/factory) dan ditempatkan di tim LCR Honda dan Thomas Luthi yang menjadi rekan setim Morbidelli di Marc VDS musim 2018. September 2017, giliran Xavier Simeon dipastikan naik kelas di tim Avintia Racing Ducati.

Nakagami dan Luthi adalah muka lama di kelas intermediate. Nakagami sudah berkecimpung di kelas ini sejak 2011, sedangkan Luthi jauh lebih veteran. Pebalap Swiss yang berhasil jadi juara dunia 125cc 2005 ini sudah 11 tahun lebih menggeber motor di kelas menengah, bahkan sejak nomenklaturnya masih kelas 250cc. Soal prestasi, Luthi lebih mentereng dibanding Nakagami. Dua musim terakhir, Luthi berhasil jadi runner-up, sedangkan Nakagami hanya bergeser di antara 8-6-7 di tiga musim terakhir.

Xavier Simeon, pebalap asal Belgia, menjajal Ducati GP16 untuk pertama kalinya dalam tes pramusim. Foto: Motorsport.com
Xavier Simeon, pebalap asal Belgia, menjajal Ducati GP16 untuk pertama kalinya dalam tes pramusim. Foto: Motorsport.com
Bagaimana dengan Simeon? Prestasi pebalap asal Belgia ini sebenarnya biasa-biasa saja. Semenjak 2010 balapan di kelas menengah, Simeon cuma mampu menang sekali, di GP Jerman pada 2015. Klasemen terbaiknya pun di posisi 7 pada tahun yang sama. Sisanya, ia terjebak di posisi 20-an. Beruntung sekali, miliuner Belgia Freddy Tacheny (pemilik Zelos) yang juga sponsornya mau mem-back up urusan naik kelasnya di tim Avintia Ducati. Tanpa dukungan sponsor besar, mustahil Simeon naik kelas.

Rookie terakhir agak unik ceritanya. Hingga akhir musim 2017, pebalap baru di kelas para raja sudah dipastikan berjumlah empat. Daftar pebalap semua tim sudah lengkap, tak ada kursi kosong. Artinya, tak mungkin ada pebalap baru, kecuali benar-benar ada kasus khusus.

Kabar mengejutkan datang. Jonas Folger tiba-tiba mengundurkan diri dari tim Tech 3 Yamaha pada pertengahan Januari 2018, tepat dua minggu sebelum tes pramusim di Sepang, Malaysia. Posisi Folger untuk tes Sepang diisi oleh Yonny Hernandez. 

Folger mundur lantaran mengidap penyakit langka, yakni Gilbert's syndrome. Penyakit ini menguras tenaga penderitanya sampai habis benar. Folger, pebalap 24 tahun asal Jerman, pun menyerah dan memutuskan beristirahat sepanjang 2018. Ini artinya, satu kursi lowong dan tentu saja membuat kepala Herve Poncharal, Bos Tech 3 Yamaha, makin pening.

Semua pebalap sudah terikat kontrak dan Tech 3 pun tak ingin mengontrak pebalap yang sudah jadi. Ia menginginkan pebalap muda yang bakal ditempa menjadi pebalap top. Pilihan yang serba-terbatas ini awalnya mengerucut di tiga nama: Kohta Nozane (pengganti Folger di Motegi), Michael van der Mark (pebalap superbike di PATA Yamaha dan pernah menggantikan Folger di Sepang), dan Alex Lowes (teammate van der Mark). Alasan ini masuk akal, ketiganya punya ikatan dengan Yamaha. Sayang, pendekatan ini gagal. Lowes dan van der Mark ingin fokus di Superbike. "Nozane cuma ingin balapan di Jepang," ujar Herve.

Selepas tes di Sepang, nama Hafizh Syahrin pun muncul. Pebalap 23 tahun asal Malaysia ini dipercaya mengendarai Yamaha M1 di tes pramusim, Buriram, Thailand, 5 Februari lalu. Tes ini sejatinya merupakan "ajang pencarian bakat" untuk kursi kosong di Tech 3. Namun, selepas penunjukkan Syahrin sebagai pebalap tes di Buriram, banyak kalangan menduga, Syahrin sudah bakal menjadi teammate Zarco musim depan.

Dugaan ini memang tanpa sebab. Pertama, kursi Syahrin di SIC Racing Team sudah digantikan oleh kolega Malaysia-nya, Zulfahmi Khairuddin, dua hari sebelum Syahrin dipastikan menunggangi M1 di Buriram. Kedua, bos Sirkuit Sepang, Razlan Razali, sudah berkoar-koar bahwa Syahrin bakal jadi pebalap Malaysia pertama di MotoGP. 

Razlan Razali adalah sosok penting bagi Syahrin. Dia manajer sekaligus sponsor Syahrin. Di belakang Syahrin pun ada Pemerintah Malaysia dan Petronas yang menyokong penuh. Benar saja, pasca-tes di Buriram, Syahrin langsung direkrut Tech 3 untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Folger.

Hafizh Syahrin mengendarai Yamaha M1 di sirkuit Chan Internasional, Buriram, Thailand. Foto: MCN
Hafizh Syahrin mengendarai Yamaha M1 di sirkuit Chan Internasional, Buriram, Thailand. Foto: MCN
Perekutan Syahrin akan menjadi solusi baik bagi Tech 3 di musim ini. Secara sponsorship, Syahrin punya dukungan kuat dan akan meningkatkan pamor Tech 3 di Malaysia. Syarat pebalap muda yang jadi fokus Tech 3 pun ada di diri Syahrin. Soal prestasi, musim kemarin, pemuda Malaysia ini berhasil raih podium dua kali dan duduk di posisi 10 dengan poin 106. Melorot satu strip memang dibandingkan musim 2016, namun di akhir musim 2017, grafik penampilan Syahrin meningkat. Dua podiumnya di dapat di enam seri terakhir.

Siapa yang Bakal Jadi Tercepat?

Nah, menentukan siapa yang bakal jadi rookie of the year 2018 dari lima pebalap tadi cukup tricky. Banyak faktor yang bisa menentukan, misalnya mental, gaya balap, kecepatan beradaptasi dengan motor, ban, dan elektronik, serta campur tangan langsung pabrikan di masing-masing tim rookie itu.

Sementara ini, benchmark selama tes pramusim bisa dijadikan acuan permulaan. Ya, meskipun, masing-masing tim punya program yang berbeda-beda dalam tes, misalnya ada yang fokus pada adaptasi motor tanpa memikirkan lap time, dan ada pula yang memang selain beradaptasi juga berusaha mencatatkan lap time terbaik.

Baiklah, mari kita simak catatan kelima lulusan Moto2 di tes pramusim terakhir. Di tes Valencia, November lalu, Morbidelli yang mengendarai RCV Honda menjadi tercepat dari para lulusan. Ia berada di posisi 16 (1m 31.786s) dan tepat di bawahnya, Nakagami dengan motor yang sama mencatat 1m 31.867s. Posisi paling buncit dipegang oleh Simeon yang mengendarai GP16 Ducati (1m 32.698s), sementara Luthi terpaksa absen lantaran cedera.

Takaaki Nakagami bakal menjadi pesaing terkuat Morbidelli untuk memperebutkan Rookie of The Year 2018. Foto: MCN
Takaaki Nakagami bakal menjadi pesaing terkuat Morbidelli untuk memperebutkan Rookie of The Year 2018. Foto: MCN
Di bulan yang sama, di Jerez, posisi para lulusan ini masih sama. Morbidelli masih memimpin di posisi 11 (1:38.923) dan---lagi-lagi---Nakagami berada satu strip tepat di bawah Franco (1:38.992). Selisihnya cuma 0.069 detik. Simeon masih posisi buncit dengan catatan 1:40.332 (posisi 21). Luthi masih absen di tes ini.

Tes ketiga di Sepang, akhir Januari, kondisi sedikit berubah. Kali ini Nakagami berhasil jadi tercepat mengungguli Franco. Nakagami berada di posisi 15 (2:00.071), Morbidelli di 20 (2:00.526), Simeon di 22 (2:00.784), dan Luthi yang baru sembuh di 25 (2:01.126).

Tes keempat di Buriram, Nakagami masih nomor satu di antara debutan. Taka berhasil mencatat 1:30.456 (posisi 10), hanya selisih 0.675 detik dengan Marc Marquez, pemuncak sesi tes itu. Sangat impresif sekali. Debutan tercepat kedua, masih Morbidelli dengan catatan waktu 1:30.648 (posisi 13). Luthi tercepat ketiga (1:31.354/21), Syahrin yang baru menjajal motor Yamaha M1 keempat (1:31.537/22), dan terbuncit Simeon (1:32.019/24)

Dari empat tes belakangan ini, Nakagami dan Morbidelli merupakan dua lulusan Moto2 yang bakal dijagokan menjadi rookie of the year. Selisih waktu mereka cukup tipis di empat tes terakhir.

Nakagami punya sedikit keuntungan yang bisa digunakan untuk mengungguli Franco. Tidak lain adalah dukungan HRC langsung. Ini lantaran Nakagami memiliki kontrak langsung dengan HRC. Morbidelli tak punya keuntungan itu. Bisa saja Nakagami lebih dulu mendapatkan update spare-part motor RCV dibanding Franco. Dan, ini bisa menjadi sangat krusial.

Ingat bagaimana musim lalu Cal Crutchlow bisa sangat jauh dengan pebalap Marc VDS (Jack Miller dan Tito Rabat). Ini semua lantaran Cal di-support langsung oleh HRC. Ini yang bikin Bartholemy sangat berang dengan HRC dan memikirkan untuk ganti pabrikan.

Ada juga yang tak dimiliki Nakagami, yakni mental juara. Franco sudah teruji sebagai juara. Tahun lalu, Franco mendominasi kelas Moto2 dan menjadi juara dunia. Dia juga pernah menjuarai kelas Superstock 600 Eropa pada 2013. Sementara, prestasi terbaik Nakagami adalah juara GP Belanda (2016) dan Inggris (2017).

Thomas Luthi mengetes RCV Honda untuk pertama kali. Foto: Motorsport.com
Thomas Luthi mengetes RCV Honda untuk pertama kali. Foto: Motorsport.com
Jangan lupakan juga dengan Luthi, Syahrin, dan Simeon. Peluang mereka memang tipis, namun mereka tetap bisa mengejutkan. Bisa saja, Syahrin merangsek naik, mengingat M1 menjadi motor yang ramah terhadap rookie.

Masih ada Luthi. Ia adalah nomor dua di kelas Moto2 dua tahun terakhir. Ia bisa menjadi kuda hitam, meskipun lamanya Luthi berkutat di kelas menengah bakal menghambat adaptasi di RCV. Simeon? Peluang pebalap ini sangat tipis sekali untuk rookie of the year. Paling banter, musim ini ia ditargetkan menjadi joki GP16 tercepat.

 Ya, masih ada satu tes pramusim tersisa di Qatar. Masih ada waktu untuk beradaptasi dengan motor paling cepat sedunia dengan karakter ban dan elektronik yang kompleks ini. Siapa jagoan Anda untuk rookie of the year 2018?

*Tulisan kedua dari seri Preview MotoGP 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun