Folger mundur lantaran mengidap penyakit langka, yakni Gilbert's syndrome. Penyakit ini menguras tenaga penderitanya sampai habis benar. Folger, pebalap 24 tahun asal Jerman, pun menyerah dan memutuskan beristirahat sepanjang 2018. Ini artinya, satu kursi lowong dan tentu saja membuat kepala Herve Poncharal, Bos Tech 3 Yamaha, makin pening.
Semua pebalap sudah terikat kontrak dan Tech 3 pun tak ingin mengontrak pebalap yang sudah jadi. Ia menginginkan pebalap muda yang bakal ditempa menjadi pebalap top. Pilihan yang serba-terbatas ini awalnya mengerucut di tiga nama: Kohta Nozane (pengganti Folger di Motegi), Michael van der Mark (pebalap superbike di PATA Yamaha dan pernah menggantikan Folger di Sepang), dan Alex Lowes (teammate van der Mark). Alasan ini masuk akal, ketiganya punya ikatan dengan Yamaha. Sayang, pendekatan ini gagal. Lowes dan van der Mark ingin fokus di Superbike. "Nozane cuma ingin balapan di Jepang," ujar Herve.
Selepas tes di Sepang, nama Hafizh Syahrin pun muncul. Pebalap 23 tahun asal Malaysia ini dipercaya mengendarai Yamaha M1 di tes pramusim, Buriram, Thailand, 5 Februari lalu. Tes ini sejatinya merupakan "ajang pencarian bakat" untuk kursi kosong di Tech 3. Namun, selepas penunjukkan Syahrin sebagai pebalap tes di Buriram, banyak kalangan menduga, Syahrin sudah bakal menjadi teammate Zarco musim depan.
Dugaan ini memang tanpa sebab. Pertama, kursi Syahrin di SIC Racing Team sudah digantikan oleh kolega Malaysia-nya, Zulfahmi Khairuddin, dua hari sebelum Syahrin dipastikan menunggangi M1 di Buriram. Kedua, bos Sirkuit Sepang, Razlan Razali, sudah berkoar-koar bahwa Syahrin bakal jadi pebalap Malaysia pertama di MotoGP.Â
Razlan Razali adalah sosok penting bagi Syahrin. Dia manajer sekaligus sponsor Syahrin. Di belakang Syahrin pun ada Pemerintah Malaysia dan Petronas yang menyokong penuh. Benar saja, pasca-tes di Buriram, Syahrin langsung direkrut Tech 3 untuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan Folger.
Siapa yang Bakal Jadi Tercepat?
Nah, menentukan siapa yang bakal jadi rookie of the year 2018 dari lima pebalap tadi cukup tricky. Banyak faktor yang bisa menentukan, misalnya mental, gaya balap, kecepatan beradaptasi dengan motor, ban, dan elektronik, serta campur tangan langsung pabrikan di masing-masing tim rookie itu.
Sementara ini, benchmark selama tes pramusim bisa dijadikan acuan permulaan. Ya, meskipun, masing-masing tim punya program yang berbeda-beda dalam tes, misalnya ada yang fokus pada adaptasi motor tanpa memikirkan lap time, dan ada pula yang memang selain beradaptasi juga berusaha mencatatkan lap time terbaik.
Baiklah, mari kita simak catatan kelima lulusan Moto2 di tes pramusim terakhir. Di tes Valencia, November lalu, Morbidelli yang mengendarai RCV Honda menjadi tercepat dari para lulusan. Ia berada di posisi 16 (1m 31.786s) dan tepat di bawahnya, Nakagami dengan motor yang sama mencatat 1m 31.867s. Posisi paling buncit dipegang oleh Simeon yang mengendarai GP16 Ducati (1m 32.698s), sementara Luthi terpaksa absen lantaran cedera.