Lalu, apa penyebab Lorenzo keteteran? Jawabannya sederhana: Dovi sudah 4 tahun bersama Ducati dan mengembangkan motor tunggangannya. Sementara, Lorenzo 9 tahun menghabiskan waktu bersama Yamaha yang sangat cocok dengan gaya balapnya. Ducati belum sepenuhnya memberikan motor yang sesuai dengan gaya balapnya.
GP17 tahun kemarin boleh dibilang bukan motor yang disukai Jorge, berbeda 180 derajat dengan Yamaha. Desmosedici itu jelas tak bisa mengakomodasi gaya balap elbow downLorenzo yang sangat tergantung pada front contactban depan dan rasa percaya diri membuka gas di tengah tikungan. Ducati tak punya kekuatan di sisi itu. Keunggulan Ducati adalah di tenaga mesin, akselerasi, dan pengereman.
Menurut Cristian Gabarrini, mekanik kepala Jorge Lorenzo yang juga pernah bekerja dengan Stoner, motor Ducati sangat stabil di hard brakingdan secara keseluruhan memiliki traksi yang bagus. "Namun, kami kurang di tikungan, seperti yang pernah diutarakan semua riderDucati," jelasnya.
"Dan sayangnya pula, tikungan adalah titik terpenting Jorge. Karena kami semua tahu, kecepatan di tikungan adalah kelebihannya, jadi dia sangat membutuhkan motor yang cepat di tikungan untuk bisa tampil maksimal," Gabarrini menjelaskan.
Dall'Igna yang juga pernah bekerja sama dengan Jorge sewaktu di Aprilia kelas 250cc tak tinggal diam. Ia tahu apa yang dibutuhkan Jorge dan pembalap lain: mid-corner speed. Beragam pengembangan pun dilakukan Dall'Igna untuk membuat GP17 setidaknya sesuai dengan Lorenzo.Â
Ngomong-ngomong, Dall'Igna ini sangat kreatif dan terbuka dalam pengembangan teknologi di MotoGP. Ia tak hanya engineer,namun juga seniman di MotoGP. Dall'Igna menciptakan Salad Box atau menurut beberapa orang merupakan  mass damper dan dipasang di GP17 untuk mengurangi chatter atau getaran di ban belakang GP17.
Musim 2017, Michelin menyiapkan tiga pilihan ban. Ini sangat tricky bagi tiap pebalap. Beda dengan Bridgestone (penyuplai ban sebelum Michelin) yang hanya mengalokasikan 2 kompon ban. Hasilnya, cuma Ducati yang tampak cocok dengan ban Michelin, sedangkan tim lain kepayahan dengan pilihan ban. Bahkan, sempat ada selentingan kalau Michelin bikin ban hanya untuk Ducati.
Selain Salad Box, Ducati juga mendesain fairing aerodinamika yang mirip winglet dan disematkan di bodywork Desmosedici. Tujuannya, agar meningkatkan downforce motor. Memang fairing baru ini mengurangi top speed, tetapi front contact yang dibutuhkan Lorenzo bisa didapat. Ia jadi lebih percaya diri membuka gas di tengah tikungan.
Rapor jelek Jorge selepas tengah musim adalah DNF di Misano, di Phillip Island posisi 15, dan DNF di Valencia. Khusus di Phillip Island, Ducati memang sangat keteteran. Dovi juga tak bisa banyak bicara di sana. Cuma finis di P13. Di Misano, Jorge sempat memimpin beberapa putaran di lintasan basah. Sayang, ia harus tersungkur lantaran kurang fokus saat mengganti engine map.Di Valencia, ia juga terjatuh saat memberikan slipstream bagi Dovi. Saat itu, posisi Lorenzo-Dovi di urutan P4-5.
 Ya, musim 2017 lalu boleh dibilang adalah masa orientasi Lorenzo bersama Ducati. Lorenzo butuh waktu untuk menyesuaikan gaya balapnya dengan karakter Ducati. Dan, Ducati pun juga sedang mencari cara membuat Desmosedici sesuai dengan gaya Lorenzo. Hasilnya memang kurang memukau, namun tidak buruk-buruk amat.