Mohon tunggu...
Agung Dinarjito
Agung Dinarjito Mohon Tunggu... Dosen - Seseorang yang suka menulis saja

Hobi belajar dan nonton film dan olahraga.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pieere-Felix Bourdieu dan Sistem Pengelolaan Sampah Modern

11 Desember 2022   11:40 Diperbarui: 11 Desember 2022   11:45 1211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arena pengelolaan sampah tradisional dianggap sebagai budaya yang rendah. Hal ini dikarenakan sistem tersebut akan memberikan dampak lingkungan yang besar. Namun, di dalam metode ini, modal ekonomi yang digunakan tidak besar. Budaya ini cenderung dipertahankan karena penggunaan modal pengolahan sampah yang kecil dan mudah dalam pengoperasiannya.

Arena pengelolaan sampah yang berkesinambungan yaitu dengan menghasilkan listrik atau produk berguna lainnya dianggap sebagai budaya yang tinggi. Dalam arena ini, sebagian besar bersifat simbolis seperti adanya prestise yang tinggi, pengetahuan yang tinggi atau penggunan teknologi yang modern. Namun, sistem pengolahan ini membutuhkan biaya modal yang besar.

Dalam konteks persampahan, dianalogikan terdapat dua kutub yang berseberangan yaitu sistem pengolahan tradisional yang dikatakan sebagai kutub negatif dan sistem pengolahan sampah modern yang dianggap sebagai kutup positif. Dalam perspektif Bourdieu, arena persampahan tersebut terbentuk dari struktur arena yang mana terdapat agen-agen yang melaksanakan sistem pengolahan sampah tersebut.

Agen tersebut dapat berupa institusi pemerintah ataupun swasta termasuk di dalamnya ada masyarakat. Dalam pengelolaan sampah yang modern dan berkesinambungan, terdapat beberapa aktor atau agen penting untuk mewujudkan hal tersebut. Berikut ini beberapa yang dapat diidentifikasi terkait dengan modal dari stakeholder yang terkait:

  • Masyarakat untuk menerapkan habitus dilakukan dengan pengetahuan dan pembiasaan untuk memilah sampah baik sampah kering, sampah plastik, sampah kimia, dan sampah lainnya. Pembiasaan ini nantinya akan memudahkan proses sorting yang akan masuk ke proses pengolahan sampah.
  • Pemerintah dan atau swasta yang terlibat menerapkan habitus dengan memberikan sosialisasi terus menerus kepada masyarakat untuk tidak membuang sampak sembarang dan mau melakukan proses sorting sampah berdasar jenisnya.

Kemudian, untuk modal menurut Bourdieu yang dapat diidentifikasi dari stakehoders di atas antara lain:

  • Modal ekonomi, yang berupa modal aset baik teknologi mesin pengolahan, uang/dana dan lain-lain. Pemerintah pusat untuk menarik para investor swasta bisa menyediakan VGF maupun PDF. Kemudian, BUMN dalam hal ini PLN dapat menyediakan dana untuk melakukan pembelian listrik yang dihasilkan oleh sistem pengolhaan sampah (PLTSa). Masyarakat, agar lingkungan bersih dan sampah dapat diangkut dan diolah perlu menyediakan uang sampah yang dibayarkan kepada Pemerintah daerah. Pemerintah daerah akan membayarkan tipping fee dan menyediakan lahan untuk pengolahan sampah.
  • Modal sosial yang dimiliki oleh Pemerintah dan swasta adalah jaringan bisnis untuk menarik para investor dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah modern. Sistem pengelolaan sampah modern tidak bisa hanya mengandalkan Pemeirntah saja, butuh peran dari masyarakat dan swasta untuk mewujudkannya. Sosialisasi kepada masyarakat sangat perlu dilakukan karena sistem tersebut sangat terikat dengan masyarakat.
  • Modal budaya yang dimiliki oleh Pemeirntah adalah memberikan contoh kepada masyaakat dalam mengelola sampah, sehingga lingkungan akan menjadi bersih dan sehat. Untuk swasta, modal budaya dapat berupa intelektual, pengetahuan dan kompetensinya dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang modern sehingga budaya bersih dan sehat, serta ramah lingkungan akan tercipta.
  • Modal simbolik menjadi penting dan akan menjaga sistem pengelolaan sampah modern dapat going concern. Pada saat tempat pengelolaan sampah modern terpadu, maka para pihak yang terlibat seperti PJPK dan Badan Usaha akan mendapat prestse, menjadi tersohor, dan simbol-simbol lainnya. Bagi pihak swasta dan PJPK, dengan keberhasilan tersebut akan mendapatkan tambahan modal sosial. Untuk swasta keberhasilan dalam proyek tersebut akan mendapatkan keuntungan ekonomi maupun keuntngan sosial. Bagi PJPK, keberhasilan tersebut akan memberikan modal simbolik dan sosial berikutnya. Modal politik akan menjadi lebih kuat bagi yang ingin terjun ke dunia politik.

Dalam kaitannya dengan Akuntansi Manajemen Lanjutan adalah bahwa untuk dapat menjalankan sistem pengelolaan sampah modern, ada beberapa biaya yang perlu diperhatikan, antara lain:

  • Dibutuhkan lahan yang akan disediakan oleh Pemerintah
  • Initial Outlay untuk membangun sistem pengelolaannya termasuk di dalamnya adalah biaya untuk membeli dan mengembangkan teknolgi pengolahan dan pengelolaanya.
  • Biaya operasi untuk melaksanakan operasi tersebut.
  • Biaya pemeliharaan
  • Biaya terminasi apabila sudah tidak digunakan kembali teknologinya
  • Biaya lainnya

Untuk menutupi biaya tersebut, maka diperlukan bantuan dari berbagai pihak, seperti:

  • Pemerintah pusat untuk menyediakan VGF atau PDF apabila menggunakan skema KPBU.
  • Pemerintah daerah untuk menyediakan lahan dan tipping fee termasuk perijinan.
  • PT PLN untuk membeli listrik yang dihasilkan atau perusahaan lain yang akan membeli produk lainnya yang dihaislkan tergantung teknologi yang digunakan.
  • Masyarakat untuk membayar iuran sampah.

Untuk mewujudkan hal di atas, teori Bourdieu dapat diterapkan. Identifikasi arena, identifikasi habitus, dan identifikasi modal serta strategi harus dilakukan untuk dapat menerapkan sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Dengan terwujudnya sistem pengelolaan sampah yang berkesinambungan, maka semua stakeholders akan mendapatkan berbagai manfaat termasuk tambahan modal, seperti modal sosial maupun modal simbolik.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa para stakeholders harus disinergikan sehingga modal ekonomi, modal sosial, modal budaya dan simbolik dapat bekerjasama dalam memenangkan arena pengelolaan sampah yang berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan. Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha, dan masyarakat perlu bekerjasama dan bersinergi untuk mewujudkan sistem pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat bagi semua stakeholders.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun