Mohon tunggu...
Agung Dalem
Agung Dalem Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengamat si dia

Memiliki cita-cita menjadi Astronot (dulu) sekarang menjadi manusia yang baik saja karena sudah realistis.

Selanjutnya

Tutup

Trip

Direct Selling Vs Online Travel Agent, Mana Lebih Untung?

16 Januari 2020   18:31 Diperbarui: 16 Januari 2020   19:04 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Bagi pelaku usaha pariwisata seperti penyedia jasa akomodasi, transportasi dan aktivitas pasti menggunakan atau setidaknya mengetahui online travel agent (OTA). Nama-nama OTA besar seperti Traveloka, Agoda, Booking tentunya sudah tidak asing lagi dan menjadi satu dari pilihan-pilihan utama oleh pelaku usaha dalam mempromosikan jasanya. Selain melalui OTA, vendor atau penyedia jasa tentunya juga melakukan usaha penjualan langsung atau direct selling melalui tim sales dan marketingnya.

Upaya direct selling tersebut dilakukan melalui cara-cara konvensional melalui penawaran langsung ke calon pelanggan atau melalui laman web yang telah dibekali dengan sistem reservasi atau booking engine yang memadai. Banyak spekulasi, pertimbangan dan preferensi bagi vendor dalam memilih jalan mana yang diprioritaskan utk memaksimalkan keuntungan usahanya. Disini kami ingin membantu pembaca memperluas sudut pandang dan wawasan mengenai OTA dan direct selling dalam rangka menjawab pertanyaan "Jalan mana yang lebih menguntungkan bagi usaha saya?"

Modal Awal

Hampir semua OTA besar tidak memberlakukan biaya awal pada setiap vendor yang ingin menaruh jasanya di platform tersebut. Berbeda dengan direct selling dimana vendor harus menyiapkan biaya awal untuk membangun laman web serta biaya-biaya marketing seperti iklan dan upah karyawan jika ada. Selain tidak membebani biaya awal utk bergabung, OTA biasanya akan melakukan pemasaran secara bergiliran kepada setiap vendor yang berada di platformnya. Bagi vendor baru dengan budget minim tentunya OTA merupakan pilihan terbaik yang patut diprioritaskan. Namun, dalam menjalankan usaha tentunya pelaku usaha tidak boleh melupakan bahwa setiap modal yang dikeluarkan merupakan bentuk investasi yang harus dengan cermat diperhitungkan bagaimana timbal baliknya nanti. 

Fitur Pengguna

Baik platform OTA maupun direct selling dengan menggunakan laman web vendor akan membekali vendor dengan fitur pengguna yang memiliki tujuan utama untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan pengelolaan produknya. Kualitas laman web yang dibekali dengan booking engine yang memadai tidak kalah mudah digunakan jika dibandingkan dengan platform OTA. Malahan, terkadang banyak penyedia jasa booking engine yang memiliki tampilan yang lebih ramah ditambah dengan fitur yang lebih kaya.

Tentunya, fitur-fitur yang harus diprioritaskan adalah pengelolaan produk, harga dan pemesanan. Selain itu, vendor juga harus memperhatikan bagaimana alur pembayaran yang dimiliki baik oleh OTA maupun booking engine. Hampir semua OTA memiliki gerbang pembayaran atau payment gateway yang lengkap. Jika anda memilih penjualan menggunakan direct selling, pastikan anda memilih booking engine yang memiliki fasilitas gerbang pembayaran yang memadai seperti Hybrid Booking. Baik menggunakan credit card maupun transfer tunai, atau melalui dompet-dompet digital yang sedang marak seperti Alipay, DOKU, Ovo dan GoPay, calon pelanggan harus dipastikan tidak beranjak dan membatalkan pembelian hanya karena pilihan payment gateway yang tidak tersedia atau terlalu lama menunggu

Keuntungan

Ini merupakan aspek utama yang harus dipertimbangkan oleh setiap pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya. Pastinya, insting setiap pelaku usaha akan membawanya memilih platform dengan keuntungan terbesar. Baik OTA maupun penyedia jasa booking engine membebankan komisi berupa persentase dengan nominal tertentu pada setiap transaksi yang terjadi. Kebanyakan OTA membebankan komisi yang cukup besar pada setiap transaksinya tergantung seberapa diprioritaskannya vendor di platform tersebut. Jika diambil kebanyakan, persentase sebesar 10-20% adalah besaran komisi yang akan dipotong pada setiap transaksi melalui OTA.

Pada musim-musim tertentu, komisi tersebut bisa saja bertambah sesuai dengan tingkat keramaian pembeli atau prioritas kemunculan vendor pada indeks pencarian melalui platform OTA. Makin diatas jasa kita dimunculkan maka bayaran yang diambil oleh OTA makin besar sehingga tentu saja makin kecil pula margin yang kita peroleh. Di sisi lain, penyedia jasa booking engine biasanya membebankan biaya yang sama berupa potongan komisi per transaksi namun dengan nominal yang jauh lebih kecil. Kami ambil contoh di Hybrid Booking presentasi komisinya bervariasi pada 3-6% tergantung dengan payment gateway yang digunakan. Dengan komisi yang lebih kecil tersebut, vendor tentunya mampu memperoleh margin keuntungan yang lebih besar. Mengingat menjalankan usaha di bidang pariwisata membutuhkan biaya operasional dan modal yang cukup besar, dengan margin keuntungan yang lebih besar tentunya membuat pelaku usaha makin cepat mengembangkan usahanya. 

Support

Sering kali terjadi kegagalan transaksi yang dialami oleh calon pelanggan. Demikian juga dengan permasalahan lain seperti ketidaksinkronan data yang dimiliki oleh vendor dan platform baik OTA dan penyedia jasa booking engine. Persoalan-persoalan tersebut tentunya harus dipertimbangkan dengan baik oleh pelaku usaha. Bagaimana nantinya vendor memberlakukan fasilitas pengembalian dana atau refund, menghubungi platform apabila terjadi permasalahan transaksi, serta bantuan apabila menghadapi kendala teknis atau sekedar bertanya mengenai pengelolaan sistem.

Sebelum memilih antara OTA atau direct selling menggunakan booking engine, pelaku usaha harus memastikan dulu kedepannya bagaimana kedua platform tersebut dapat diandalkan ketika sedang diajak bekerjasama. Keberadaan kantor representatif platform yang satu daerah dengan vendor tentunya menandakan bahwa akses antara kedua belah pihak akan dipermudah. Demikian juga jika berada pada zona waktu yang sama sehingga jam kerja pun sama. Untuk pelaku usaha yang berada di Indonesia terutama di daerah Bali sebagai biangnya pariwisata biasanya terkendala akses jika menggunakan OTA sebab kebanyakan memiliki kantor di Ibu Kota yaitu Jakarta. Dengan demikian, apabila terjadi persoalan apalagi yang menyangkut dana maka tentunya harus dilakukan komunikasi yang baik jika tidak ingin datang langsung ke kantornya. Nah, bagaimana jika kantor representatifnya sendiri berada di negara lain? Tentunya ada perbedaan zona waktu dan budaya yang harus ditangani.

Eksklusivitas

Berjualan melalui OTA dapat diumpamakan seperti berjualan di pasar atau kerumunan. Tentunya, kemampuan bersaing dan mempromosikan produk adalah kunci meraih minat pembeli. Jika diibaratkan sebagai kolam renang, OTA merupakan kolam renang publik atau common pool. Saat calon pelanggan masuk, mereka langsung berada satu kolam dengan vendor-vendor lain yang bisa saja memiliki fasilitas yang sama atau bahkan di atas kita dengan harga yang bersaing. Tak jarang, vendor harus mengeluarkan upaya lebih untuk tampil terdepan seperti meningkatkan komisi yang diberikan ke OTA atau dengan melibatkan jasa fotografer andal guna memperoleh gambar-gambar yang lebih memikat dari usahanya.

Seperti yang kita telah dibahas sebelumnya, komisi yang makin besar menandakan margin yang semakin menipis. Berbeda dengan direct selling menggunakan laman web sendiri yang jika diibaratkan dengan perumpamaan yang sama adalah kolam renang pribadi atau private pool. Calon pelanggan melalui laman web kita dapat menjelajahi segala fitur yang kita sediakan dengan lebih nyaman dan fokus. Dengan sentuhan booking engine yang memadai, pelanggan dapat langsung melakukan pemesanan hingga pembayaran di tempat tanpa keluar dari private pool yang telah kita sediakan. Tentunya, calon pelanggan diminimalisir peluangnya untuk 'berpaling hati' ke vendor lain karena tentu saja vendor-vendor tersebut tidak berada satu kolam dengan kita. 

Jangka Panjang

Dalam memilih memprioritaskan penjualan melalui upaya direct selling maupun OTA, pertimbangan jangka panjang wajib dilakukan. Platform mana yang memberikan keuntungan lebih besar dalam jangka panjang, pelayanan yang dapat diandalkan, fitur yang senantiasa diperbaharui serta kenyamanan dapat diketahui dengan melakukan pertimbangan yang matang dan seksama.

Platform OTA memang sedang booming pada saat ini sebab mereka menawarkan pasar yang sangat luas dengan kemungkinan mendapatkan pelanggan yang lebih besar. Namun, OTA memiliki potongan komisi yang sangat besar serta pelayanan yang sulit diandalkan dengan akumulasi jutaan transaksi per harinya di semua vendor yang bergabung didalamnya. Melakukan direct selling membutuhkan modal awal serta kemampuan kita dalam memaksimalkan kunjungan atau visit ke laman web dengan booking engine memadai yang telah kita siapkan. Kemana upaya kita harus diprioritaskan adalah tergantung dari jawaban anda terhadap pertanyaan ini: "Lebih baik kita kerja keras supaya toko kita yang ramai atau toko orang lain?"

Melalui OTA, kita tentunya akan lebih mudah mendapatkan pelanggan jika kita menerima potongan komisi yang besar. Namun, tetap saja yang 'bersinar' adalah OTA itu sendiri dan kita seolah menjadi salah satu bagian darinya. Berbeda dengan kita yang memiliki laman web sendiri, bagaikan toko sendiri, jika kita bersusah payah membesarkannya, 'toh juga yang kita sendiri yang nantinya paling bersinar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun