Puisi Menjelajahi Ketinggian: Menemukan Kedamaian di Antara Logika dan Emosi
Pegunungan menjulang tinggi, menantang awan di angkasa,
Menawarkan panorama alam yang memukau, bagaikan lukisan tercipta.
Udara sejuk dan segar menyapa, membawa ketenangan di jiwa,
Menjauh dari hiruk pikuk kota, menemukan kedamaian di udara bebas.
Beningnya air mengalir bagaikan kristal, mencerminkan langit biru yang cerah,
Suara gemericik air bagaikan melodi alam, menenangkan hati yang gundah.
Di sini, di antara pegunungan yang kokoh,
Kita bisa merenungkan diri, menjernihkan pikiran, dan menemukan makna hidup.
Ketika kecewa melanda hati, ketika amarah mulai membara,
Terkadang diam menjadi pilihan terbaik, daripada melukai dengan kata-kata.
Bukan karena takut, tapi karena ingin menjaga hati dan hubungan,
Mencari solusi dengan kepala dingin, demi tercipta kedamaian.
Lidah bagaikan pisau bermata dua, dapat melukai atau menyembuhkan,
Kata-kata yang keluar darinya harus dipilih dengan bijak, penuh pertimbangan.
Diam bukan berarti menyerah, tapi ruang untuk introspeksi dan pengendalian diri,
Mencari jalan keluar terbaik, demi terjalin kembali rasa cinta dan kasih sayang.
Pegunungan mengajarkan kita tentang ketangguhan dan keteguhan,
Melewati rintangan dan mendaki puncak dengan penuh semangat.
Seperti halnya dalam menghadapi emosi, kita perlu belajar untuk mengendalikan diri,
Menemukan kedamaian di antara logika dan emosi, demi tercipta kehidupan yang harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H