Aku membacamu seperti sebuah puisi,
Menyelami bait demi bait, kata demi kata,
Menangkap makna tersembunyi di balik rima.
Tanpa perlu bertanya siapa dirimu,
Tanpa perlu tahu rahasiamu yang kelam.
Aku membacamu seperti novel misteri,
Membuka lembaran demi lembaran, petunjuk demi petunjuk,
Mencari jejak kebenaran yang tersembunyi.
Tanpa perlu tahu siapa pelakunya,
Tanpa perlu tahu bagaimana misteri ini berakhir.
Yang aku mau, hanyalah memahamimu.
Memahami jiwamu yang kelam dan terang,
Memahami rahasiamu yang terkubur dalam-dalam.
Sebelum aku mengenalmu, dan lebih dari itu: memilikimu.
Namun, aku sadar, membaca dirimu tak semudah membaca puisi atau novel.
Di balik kata-katamu, tersembunyi seribu makna, seribu teka-teki.
Dan aku tak yakin, apakah aku mampu memecahkannya semua.
Tapi aku takkan menyerah.
Aku akan terus membacamu,
Sampai aku bisa memahami jiwamu yang sesungguhnya.
Sampai aku bisa mengenalmu, dan memilikimu.
Meskipun itu mungkin hanya mimpi,
Meskipun itu mungkin hanya angan-angan.
Aku akan terus berusaha,
Membacamu, memahami, dan memilikimu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H