Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka di Balik Keindahan

24 Mei 2024   11:11 Diperbarui: 24 Mei 2024   11:36 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puisi Cinta Terlarang: Luka di Balik Keindahan

Terikat Tradisi, Terbelenggu Cinta

Di balik gemerlap budaya, tersembunyi cinta terlarang,
Terikat tradisi, terbelenggu cinta yang tak terbilang.
Sepupu yang tersayang, pujaan hati yang terpendam,
Namun cinta ini dosa, di mata adat dan agama.

Bisikan Cinta yang Menyiksa

Bisikan cinta dibisikkan, di balik tirai kerahasiaan,
Rasa yang terpendam, tak berani diungkapkan.
Pertemuan sembunyi, tatapan penuh makna,
Menyiksa jiwa, di belenggu cinta terlarang yang tak terkira.

Dilema Hati yang Menggerogoti

Dilema melanda, hati terombang-ambing,
Memilih cinta, atau tunduk pada aturan yang mengikat.
Rasa bersalah menghantui, bayang-bayang dosa selalu datang,
Menyiksa hati dan pikiran, di lautan cinta yang terlarang.

Kerinduan yang Tak Terucap

Kerinduan terpendam, tak berani diungkapkan,
Hanya bisa dipendam dalam diam, dan air mata yang berlinang.
Ingin memeluk erat, dan berucap cinta,
Namun terhalang norma dan adat yang tak bisa diubah.

Mencari Jalan Keluar yang Terjal

Mencari jalan keluar, dari belenggu cinta terlarang,
Mencari solusi, agar hati tak lagi terombang-ambing.
Berdoa pada Tuhan, memohon petunjuk dan kekuatan,
Untuk melangkah ke jalan yang benar, dan menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Melepaskan Cinta Terlarang

Keputusan pahit, harus diambil dengan berani,
Melepaskan cinta terlarang, demi masa depan yang cerah.
Menahan sakit hati, dan mengubur cinta dalam diam,
Berharap suatu saat nanti, luka ini akan sembuh dan terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun