Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dialektika Ada dan Tiada: Sebuah Renungan Filosofis

25 April 2024   00:00 Diperbarui: 25 April 2024   00:03 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul: Dialektika Ada dan Tiada: Sebuah Renungan Filosofis

Di antara ada dan tiada,
Terbentanglah medan perenungan yang dalam.
Seperti samudra yang luas, mengalir tanpa batas,
Kita terdampar di pantai yang tak terjamah.

Ada, sebuah keberadaan yang terasa nyata,
Tiada, sebuah kekosongan yang menggoda pikiran.
Dalam keberadaan, kita mencari arti,
Dalam kekosongan, kita menemukan hening.

Ada yang hadir, namun tak selalu nyata,
Tiada yang kosong, namun penuh dengan potensi.
Dalam kontras inilah kita merenung,
Menggali makna di balik kedua sisi koin kehidupan.

Dalam ada, kita merasakan kehangatan cinta,
Dalam tiada, kita menemukan kedamaian.
Filosofi ada dan tiada, seperti dua sisi mata uang,
Salah satu tidak lengkap tanpa yang lainnya.
Di alam semesta yang luas ini,**
Terbentang pertanyaan tentang ada dan tiada.**
Sebuah misteri yang tak terpecahkan,**
Memicu perdebatan para pemikir di segala zaman.**

Ada, sebuah kenyataan yang nyata,**
Keberadaannya tak terbantahkan dan terasa.**
Tiada, sebuah ketiadaan yang hampa,**
Ketidakberadaannya pun tak terelakkan.**

Namun, di antara ada dan tiada,**
Terbentang garis tipis yang kabur dan samar.**
Adakah yang benar-benar ada? Ataukah semua hanya ilusi?**
Adakah yang benar-benar tiada? Ataukah semua hanya potensi?**

Para filsuf berdebat dan beradu argumen,**
Mencari jawaban atas pertanyaan abadi ini.**
Hegel dengan dialektikanya yang terkenal,**
Memandang ada dan tiada sebagai dua sisi mata uang yang sama.**

Buddha dengan ajarannya tentang kehampaan,**
Menyebutkan bahwa semua adalah ilusi dan tiada yang abadi.**
Sementara Descartes dengan cogito ergosum-nya,**
Menegaskan bahwa keberadaan diri sendiri tak terbantahkan.**

Siapakah yang benar? Dan siapakah yang salah?**
Mungkin jawabannya tak akan pernah kita temukan.**
Namun, pertanyaan tentang ada dan tiada ini,**
Membuka gerbang bagi pemikiran kritis dan filosofis.**

Membuat kita merenungkan makna hidup dan kematian,**
Realitas dan ilusi, keberadaan dan ketiadaan.**
Mendorong kita untuk terus belajar dan mencari pengetahuan,**
Tentang alam semesta dan diri kita sendiri.**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun