Nostalgia Telepon Umum"
Di sudut jalan, berdiri sepi,
Telepon umum mengintip masa lalu yang terlewat.
Begitu banyak cerita, terpatri di dindingnya,
Mengalir dalam desir angin, merangkai kenangan yang terasa jauh.
Tangan-tangan gemetar, mengait kawat yang kusam,
Menghubungkan jiwa yang terpisah oleh jarak dan waktu.
Suara-suara lembut, memeluk dalam keheningan malam,
Membawa cerita cinta, harapan, dan juga kerinduan.
Di bawah cahaya redup, terdengar tawa dan tangisan,
Telepon umum menjadi saksi bisu, menceritakan segalanya.
Meskipun zaman berubah, kenangan tetap terpatri di sana,
Menyala abadi dalam relung hati yang pernah terpanggil.
Telepon umum, simbol kesetiaan dalam komunikasi,
Menyambungkan hati-hati yang terpisah oleh jarak.
Meski kini terlupakan, namun kenangan itu tetap abadi,
Sebagai bagian dari cerita yang tak akan pernah pudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H