Dalam keheningan, rbana berseru,
Tabuhan lembut, menyanyikan lagu hening.
Namun di antara getaran nadanya,
Tersembunyi makna yang tak ternilai.
Kata-kata terbuang, seperti serbuk kayu,
Diksi yang terlupakan, dihentikan oleh hening.
Majas yang mengendap, di antara alunan,
Ide-ide yang memenuhi kehampaan.
Namun rbana membawa cerita,
Di setiap ketukan, sebuah narasi tercipta.
Makna-makna tersembunyi, mengalir di dalamnya,
Seperti air di sungai yang tak pernah berhenti.
Di balik kulit yang tertaut rapat,
Terpahatlah kisah-kisah yang tak terlupakan.
Rbana, meski terlihat sederhana,
Mengandung makna yang mendalam dalam getaran nadanya.
Jadi dengarkanlah, tidak hanya suara,
Tetapi juga pesan yang terpendam di dalamnya.
Sebab dalam setiap getaran rbana,
Tersembunyi kebijaksanaan yang tak ternilai harganya.
Rebana: Irama Ketukan Ilahi
Rebana, gendang pipih bundar,
Terbuat dari kayu, dihiasi ukiran yang indah.
Kulit kambing membalut salah satu sisinya,
Siap ditepuk, menghasilkan irama yang merdu.
Di tangan para pemain, rebana menari,
Menciptakan melodi yang menawan hati.
Ketukannya yang khas, mengundang jiwa untuk bersatu,
Dalam irama ilahi yang penuh kedamaian dan syukur.
Rebana tak hanya alat musik biasa,
Ia adalah simbol budaya dan tradisi bangsa.
Diiringi lantunan shalawat dan pujian,
Rebana membawa hati semakin dekat kepada Tuhan.
Suara rebana menggema di ruang masjid,
Mengiringi doa dan dzikir yang dipanjatkan.
Menyatukan hati dalam kesucian dan cinta,
Memohon rahmat dan ampunan dari Sang Maha Kuasa.
Rebana, kau adalah pemersatu jiwa,
Melalui iramamu, kami bersatu dalam cinta.
Menyambut datangnya berkah dan bahagia,
Bersama rebana, kami melangkah menuju surga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H