Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bimantara: Perjalanan Melintasi Duka Masa Lalu

7 April 2024   17:57 Diperbarui: 7 April 2024   18:09 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bimantara: Perjalanan Melintasi Duka Masa Lalu

Di angkasa malam yang kelam dan sunyi,
Terlukis kisah pilu yang tak terperi.
Bintang-bintang berkelap-kelip bagai saksi bisu,
Menyaksikan tragedi yang tak terluputkan.

Bimantara, nama yang penuh makna,
Kini tercoreng oleh duka dan air mata.
Kenangan pahit masa lalu menghantui,
Membawa luka yang tak terobati.

Suara tangisan dan jeritan pilu,
Masih terngiang di telinga dan kalbu.
Bayangan ketakutan dan keputusasaan,
Masih membayangi setiap sudut ruangan.

Bimantara, saksi bisu tragedi yang kejam,
Memendam cerita duka yang tak terungkap.
Hanya angin malam yang membisikkan rahasia,
Tentang rasa sakit yang tak terkira.

Namun, di balik awan kelam yang menyelimuti,
Secercah harapan masih bersinar terang.
Doa dan keyakinan dipanjatkan ke langit,
Memohon kekuatan untuk bangkit dan melangkah.

Bimantara, nama yang penuh makna,
Akan kembali bersinar dengan gemilang.
Luka masa lalu akan menjadi pelajaran berharga,
Untuk membangun masa depan yang lebih cerah.

Bimantara: Cerita Duka Masa Lalu

Di angkasa malam yang kelam dan sunyi,
Terlukis kisah pilu yang tak terperi.
Bintang-bintang berkelap-kelip bagai saksi bisu,
Menyaksikan tragedi yang tak terluputkan.

Bimantara, nama yang penuh makna,
Kini tercoreng oleh duka dan air mata.
Kenangan pahit masa lalu menghantui,
**Membawa luka yang tak terobati.

Suara tangisan dan jeritan pilu,
Masih terngiang di telinga dan kalbu.
Bayangan ketakutan dan keputusasaan,
Masih membayangi setiap sudut ruangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun