Wengi sunyi, angin mendenyar,
Langkah kaki gontai, tanpa arah.
Bulan purnama bersinar terang,
Namun hati diliputi kabut kelam.
Tiba-tiba, kaki tersandung batu,
Tubuh terjerembab ke dalam lubang.
Kegelapan menyelimuti, tak ada suara,
Hanya rasa dingin yang menusuk tulang.
Di dalam lubang, rasa takut melanda,
Pikiran diliputi berbagai pertanyaan.
Apakah ini akhir hidupku?
Ataukah masih ada harapan untuk keluar?
Tiba-tiba, terdengar suara bisikan,
Suara yang tak dikenal, dari mana asalnya?
Bisikan itu berkata, "Jangan takut, aku di sini."
Seberkas cahaya muncul di kejauhan,
Semakin lama semakin dekat.
Sebuah tangan terulur, menawarkan bantuan.
Tanpa ragu, aku meraih tangan itu,
Dan ditarik keluar dari lubang.
Tubuhku gemetar, rasa lega menyelimuti.
Aku melihat wajah orang yang menolongku,
Wajah yang tak asing bagiku.
Dia adalah orang yang selalu ku nanti,
Orang yang selalu ku cari.
Terjatuh adalah bagian dari perjalanan,
Bukan akhir dari segalanya.
Dalam setiap kepahitan,
Ada pelajaran yang berharga untuk dipetik.
Terjatuh mengajarkan tentang keseimbangan,
Tentang bagaimana merangkak kembali ke atas.
Ketika kita terjatuh, kita belajar tentang kekuatan,
Dan tentang tekad untuk bangkit kembali.
Terjatuh membebaskan kita dari ketakutan,
Dari bayang-bayang kegagalan yang menghantui.
Ketika kita merasakan tanah di bawah kaki,
Kita tahu bahwa kita belum menyerah sepenuhnya.
Terjatuh adalah cermin dari kelemahan,
Tetapi juga panggilan untuk lebih kuat.
Dalam setiap langkah ke depan,
Kita membangun fondasi yang lebih kokoh.
Jadi terjatuhlah, namun jangan terlalu lama,
Bangkitlah dengan semangat yang baru.
Karena dalam setiap kejatuhan,
Tersembunyi potensi untuk bangkit menjadi lebih besar.
Dia tersenyum dan berkata, "Selamat datang kembali."
Air mata menetes di pipiku,
Aku tak percaya ini semua terjadi.
Aku terjatuh ke dalam lubang,
Namun aku diselamatkan oleh orang yang ku cintai.
Pengalaman ini mengajariku,
Bahwa di balik setiap kegelapan, selalu ada harapan.
Dan di saat terjatuh, selalu ada tangan yang terulur,
Siap membantu kita untuk bangkit kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H