"Di Balik Panggung Stand-Up: Tawa yang Terselip di Balik Keresahan"
Di balik panggung stand-up, cerita terselip,
Tawa yang tersembunyi di balik keresahan,
Pelawak berdiri, wajah ceria, namun hati gelisah,
Menyampaikan humor, meski dalam ketidakpastian.
Di balik tirai yang kelam,Tersembunyi rasa yang bercampur aduk.Canda dan tawa yang siap dilontarkan,Berselimut rasa gugup yang tak tertebak.
Lampu sorot menanti di depan mata,Mikrofon siap mengantarkan suara.Namun, di dalam jiwa, badai berkecamuk,Berharap tawa penonton tak kunjung padam.
Setiap candaan dirangkai dengan hati-hati,Di balik humor, terselip keresahan yang terpatri.Kehidupan, politik, dan berbagai isu dibahas,Dengan harapan membuka mata dan mengundang tawa.
Di balik tawa yang menggelegar,Ada luka dan cerita yang terukir samar.Komika berbagi pengalaman dan rasa,Mencari koneksi dan membangun rasa cinta.
Tepuk tangan meriah menjadi hadiah,Tawa penonton menjadi obat yang mujarab.Namun, di balik tepuk tangan dan sorak sorai,Tetap ada keraguan yang tak kunjung pergi.
Stand-up comedy bukan sekadar tawa,Tapi juga refleksi dan curahan jiwa.Di balik setiap candaan dan lelucon,Ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan.
Bagi para komika, panggung adalah rumah,Tempat mereka menuangkan rasa dan uneg-uneg.Di balik tawa dan canda yang mereka ciptakan,Terselip harapan untuk dunia yang lebih baik.
Puisi ini didedikasikan untuk para komika,Yang berani beradu nyali di atas panggung,Menghibur dan membuka mata dengan humor,Di balik keresahan yang mereka rasakan.
 lelucon, ada cerita hidup,
Rintangan dan kegagalan, kisah yang tak terungkap,
Mereka berdiri di atas panggung, menyembunyikan luka,
Namun tawa yang tercipta, menjadi obat bagi jiwa yang terluka.
Mereka mengundang kita untuk tertawa,
Di tengah kegelisahan dan kekhawatiran,
Namun di balik setiap lawakan, ada kesendirian,
Dan keinginan untuk diterima dan dipahami.
Di balik panggung stand-up, kita melihat,
Bahwa di balik senyuman, mungkin ada air mata,
Namun mereka tetap berdiri, menghibur kita semua,
Menjadi pelipur lara, di tengah kerasnya kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H