Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengkhianatan: Luka di Malam Perjamuan

27 Maret 2024   23:52 Diperbarui: 27 Maret 2024   23:53 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengkhianatan: Luka di Malam Perjamuan

Di bawah sinar rembulan yang redup,
Terukir kisah pengkhianatan yang kelam.
Seorang murid, Yudas Iskariot,
Menjual gurunya demi perak yang haram.
Di bawah langit gelap malam itu,
Di dalam hati yang gelap terpendam khianat,


Yudas, dengan hati yang kotor,
Menuju imam-imam kepala dengan tawaran,
Tiga puluh keping perak,
Harga pengkhianatan yang tak terkira.
Sebuah ciuman di pipi,
Tanda pengkhianatan yang tak terperi.

Yesus, sang guru yang penuh kasih,
Dihukum mati karena pengkhianatan.
Mahkota duri menusuk kepalanya,
Darah mengalir membasahi jubahnya.

Yudas, dihantui rasa bersalah,
Menyesali perbuatannya yang tercela.
Uang perak tak mampu menenangkan hatinya,
Hanya penyesalan yang menemaninya.

Kisah Yudas menjadi pengingat,
Bahwa pengkhianatan adalah luka yang teramat perih.
Ia mengkhianati cinta dan kasih,
Dan harus menanggung akibatnya sendiri.
Di bawah langit gelap malam itu,
Di dalam hati yang gelap terpendam khianat,
Yudas, dengan hati yang kotor,
Menuju imam-imam kepala dengan tawaran,

"Tiga puluh uang perak," kata mereka,
Untuk menjual Sang Guru kepada mereka,
Khianat dipertukarkan dengan kekayaan,
Dosa menukarkan kasih dengan keserakahan.

Namun, dalam setiap kepingan perak itu,
Terpatri derita dan penyesalan,
Sebuah harga yang mahal untuk dibayar,
Untuk sebuah tindakan pengkhianatan yang tercela.


Meskipun dosa Yudas tak terampuni,
Kisah ini menjadi pelajaran berharga.
Bahwa kesetiaan dan cinta tak ternilai harganya,
Dan pengkhianatan hanya membawa luka dan derita.Kini, sejarah mencatat dalam pilu,
Perjalanan Yudas yang tak bercahaya,
Di antara kegelapan, kebenaran berdiri teguh,
Sebuah pengkhianatan, tetapi kasih abadi tetap bersemi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun