Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebutir Beras Terakhir

23 Maret 2024   20:34 Diperbarui: 23 Maret 2024   20:40 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebutir Beras Terakhir: Puisi Paskah

Di atas meja sederhana, terhidang sepiring nasi putih,
Hanya ditemani sebutir beras terakhir, simbol kesederhanaan.
Di sudut ruangan, sebuah salib kayu terpaku,
Menandakan pengorbanan Yesus yang tak terkira.

Kisah Paskah terukir dalam memori,
Tentang kasih dan pengorbanan yang tak terhingga.
Yesus, Sang Mesias, rela mati di kayu salib,
Menebus dosa manusia dan membuka jalan keselamatan.

Sebutir beras terakhir, bagaikan tetesan darah Yesus,
Menyiratkan pengorbanan dan kasih yang tak terhingga.
Dia telah memberikan segalanya untuk kita,
Agar kita dapat hidup kekal dalam kebahagiaan.

Marilah kita renungkan makna Paskah,
Tentang kasih, pengorbanan, dan penebusan dosa.
Bukalah hati kita untuk menerima kasih Yesus,
Dan hiduplah dalam terang kebangkitan-Nya.

Sebutir beras terakhir, bukan akhir dari segalanya,
Tetapi awal dari kehidupan yang baru.
Di dalam Yesus, kita menemukan harapan dan kekuatan,
Untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan cinta.


Di tengah gelapnya malam yang sunyi,
Tersembunyi sebuah simbol yang suci.
Sebutir beras terakhir, melambangkan pengorbanan tak terhingga,
Kasih Yesus yang tak terkira, dalam Paskah yang bersemi.

Di balik kesengsaraan dan penderitaan,
Terpancarlah sinar keagungan kasih-Nya.
Sebutir beras terakhir, menjadi lambang kehidupan yang baru,
Kehidupan yang terang, dalam kebangkitan-Nya yang mulia.

Paskah bukanlah sekadar perayaan,
Namun momen untuk merenungkan kasih-Nya yang agung.
Sebutir beras terakhir mengajak kita,
Untuk membuka hati dan menerima kehadiran-Nya yang suci.

Biarlah kita hidup dalam terang kebangkitan-Nya,
Menyinari setiap langkah, setiap detik hidup kita.
Sebutir beras terakhir, mengajak kita bersatu,
Dalam cinta-Nya yang abadi, dalam Paskah yang menyucikan.
Marilah kita rayakan Paskah dengan penuh sukacita,
Mensyukuri kasih dan pengorbanan Yesus Kristus.
Dengan sebutir beras terakhir sebagai pengingat,
Bahwa kasih dan pengorbanan-Nya takkan pernah terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun