Di jalanan kota yang kian ramai,
Angkota melaju dengan gagah berani.
Bodi penuh warna, lambang ceria,
Mengantar penumpang ke tujuannya.
Namun, zaman terus berputar,
Teknologi hadir bagaikan badai besar.
Angkota tergerus, tergantikan moda modern,
Keberadaannya semakin tersingkirkan.
Kenangan indah di dalam angkota,
Berdesakan dengan tawa dan canda.
Bersama teman, menapaki jalanan,
Menuju sekolah dengan penuh keriangan.
Kini, angkota semakin langka,
Tergantikan ojek online dan bus yang megah.
Hanya asa yang tersisa,
Warna kuningnya tetap bercahaya.
Bagi anak sekolah, angkota adalah sahabat,
Transportasi murah meriah yang selalu diingat.
Walaupun tergerus waktu,
Angkota tetap di hati dan selalu dirindukan.
Tergerus waktu, angkota terhanyut,
Asa kuning bercahaya, tenggelam dalam modernitas,
Dulu, ia menjadi sahabat setia,
Menyambut penumpang dengan senyum tulus.
Murah dan terjangkau, itu jelas,
Memudahkan rakyat jelata dalam perjalanan,
Penghasilan tercipta bagi supir dan pengusaha,
Angkota bukan sekadar kendaraan, tapi mata pencaharian.
Namun kini, kehadirannya terancam,
Ojek online dan bus menggoyang takhtanya,
Tetapi jangan biarkan ia tenggelam,
Dalam lautan modernisasi yang menghanyutkan.
Pemerintah, masyarakat, kita semua,
Berperan dalam melestarikannya,
Subsidi, penggunaan aktif, kenangan indah,
Bersama kita jaga angkota, warisan budaya yang berharga.
Tergerus waktu, tapi tak terlupakan,
Angkota tetap bersinar dalam kenangan,
Marilah kita memeluknya erat,
Agar asa kuningnya tetap bercahaya di jalanan kota.
Angkota, saksi bisu perjalanan kota,
Simbol perjuangan dan semangat rakyat jelata.
Meskipun tergantikan zaman,
Kenangan dan manfaatnya takkan terlupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H