Mawar, oh mawar yang mekar,
Sengat harummu memikat jiwa.
Kelopakmu yang merah merekah,
Menawarkan keindahan yang tak terkira.
Aku ingin kau jadikan aku rumahmu,
Tempat persinggahanmu di akhir hayatmu.
Bukan vas bunga yang membelenggu,
Tetapi taman yang bebas dan merindu.
Di sini, kau akan merasakan cinta,
Tanpa rasa takut dan kecewa.
Aku akan menjagamu dengan sepenuh jiwa,
Sampai kau layu dan kembali ke tanah airmu.
Di antara keindahan taman bunga,
Mawar berdiri dengan anggunnya.
Dengan kelopaknya yang indah,
Dia memanggil dengan lembut: "Jadikan aku rumahmu."
Warnanya yang merah menyala,
Menyala seperti bara api yang membara.
Wanginya yang memikat hati,
Mengajak untuk berlama di sisinya.
Mawar, simbol dari cinta dan keanggunan,
Menggoda dengan pesonanya yang memesona.
Dalam setiap kelopaknya yang terbuka,
Dia mengungkapkan harapannya yang tulus.
"Jadikan aku rumahmu," serunya lagi,
"Dalam pelukanmu, aku merasa aman."
Dia ingin menjadi bagian dari kehidupanmu,
Menyertaimu dalam suka dan duka.
Mawar, mawar yang cantik dan anggun,
Dalam kelembutannya, dia mengajak untuk bersatu.
Jadikanlah dia rumahmu, tempat berlindung,
Di mana cinta bisa tumbuh dan berkembang dengan subur.
Jadikan aku rumahmu, oh mawar,
Biarkan aku merasakan keindahanmu yang paripurna.
Bersama, kita akan ciptakan kisah cinta yang abadi,
Di taman hati yang penuh kasih dan damai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H