Puasa Gawai: Ujian Hidup Sejati
Dalam genggaman, dunia terhampar luas,
Layar sentuh menyuguhkan beragam hal.
Namun terkadang, kita terlena dan lalai,
Lupa bersyukur, lupa arti yang sesungguhnya.
Mari heningkan sejenak, jauhkan gawai,
Nikmati hening, kembali pada realita.
Rasakan hangatnya mentari pagi,
Dengar kicauan burung bersahutan riang gembira.
Puasa gawai, bukan sekedar matikan data,
Namun juga puasa dari hawa nafsu yang menggoda.
Hadapi diri sendiri, refleksikan setiap jejak langkah,
Adakah kita telah mensyukuri nikmat yang tak terbilang?
Hubungi sanak saudara, tegur sapa dengan mesra,
Nikmati kebersamaan, ciptakan tawa dan cerita.
Sentuh alam sekitar, rasakan hembusan angin yang sepoi,
Appreciate the beauty, jauh dari pencitraan yang fana.
Puasa gawai, ujian hidup sebenarnya,
Menguji keimanan, menguatkan mental dan spiritual.
Mengelola diri, bijak dalam bertindak,
Menjadi pribadi yang lebih baik, berdampak nyata dan optimal.
Jadikan momen ini untuk instropeksi,
Agar gawai menjadi alat yang bermanfaat, bukan candu yang melalaikan.
Mari berpuasa gawai, temukan kedamaian sejati,
Raih hikmah dan kemuliaan di hari kemenangan nanti.
Puasa internet, ujian hidup yang sebenarnya,
Di era digitalisasi, di mana segalanya terhubung.
Tapi ketika kita memutuskan untuk menyendiri,
Kita menemukan arti yang sejati.
Di sela-sela notifikasi dan layar yang berkedip,
Kita mencari kedamaian dalam keheningan.
Puasa internet mengajarkan kita untuk kembali ke akar,
Menyadari kebutuhan manusia yang paling dasar.
Tanpa gangguan dari dunia maya yang riuh,
Kita mendengarkan suara hati yang terdalam.
Menemukan kedekatan dengan diri sendiri,
Dan menyatukan kembali potongan-potongan yang hilang.
Puasa internet bukanlah tentang kehilangan,
Namun tentang penemuan kembali yang sejati.
Ketika kita merenung dalam keheningan,
Kita menemukan kekuatan yang tersembunyi.