Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Misteriku: Simpan Sendiri Perasaanku

4 Maret 2024   12:05 Diperbarui: 4 Maret 2024   12:21 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam diam ku pendam rasa,
Tersimpan rapat di kedalaman jiwa.
Tak ingin ku umbar sembarangan,
Hanya untukmu, ku simpan harapan.

Perasaan ini, misteri yang tak terpecahkan,
Hanya detak jantung yang mampu berbicara.
Tatapan teduh dan senyumanmu yang menawan,
Menumbuhkan benih rindu yang tak terkira.

Namun, kata-kata tertahan di ujung lidah,
Tak berani ku ungkap, takut sirna harapan.
Biarkan ku simpan sendiri perasaan ini,
Sampai nanti, saat yang tepat, bila kau mengerti.

Meski tersimpan, takkan lekang oleh waktu,
Cinta ini tulus, menanti balasan darimu.
Andai kau tak merasakan hal yang sama,
Ikhlas ku terima, meski hati terluka.

Karena cinta tak selalu harus memiliki,
Cukup melihatmu bahagia sudah cukup bagiku.
Akan ku simpan sendiri perasaanku,
Sebagai rahasia terindah dalam lubuk hatiku.

Akan kusimpan sendiri perasaanku padamu,
Dalam lubuk hati yang tersembunyi.
Takkan kubuka, takkan kuceritakan,
Rahasia ini akan kujaga dengan setia.

Dalam diam, perasaan ini bersemi,
Seperti bunga yang mekar di tengah malam.
Meski tersembunyi, ia tetap indah,
Menyiratkan kasih yang tulus dan dalam.

Biarkan ia tetap menjadi misteri,
Yang hanya aku yang tahu dan mengerti.
Dalam senyap, kita saling berbagi,
Dalam hati, perasaan ini akan terus bersinar.

Akan kusimpan sendiri perasaanku padamu,
Takkan kugapai, takkan kugenggam.
Namun dalam doa-doa yang terucap,
Kau selalu hadir, dalam setiap detik dan napas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun