Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Berat: Diam dalam Ketinggian Hati

28 Februari 2024   23:55 Diperbarui: 29 Februari 2024   00:01 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berat
Berat memang, saat hati terluka,
Mendengar hinaan dan cacian tak terkira.
Ingin marah, ingin melawan,
Namun teringat, diam adalah jawaban.

Seperti sandal jepit, diinjak dan direndahkan,
Namun tak melawan, tak mengeluh, hanya terdiam.
Rendah hatilah selalu, kuncinya ketenangan,
Mengampuni dan menyerahkan, pada Sang Pemilik Keabadian.

Biarkan Dia yang mengurusnya,
Biarkan Dia yang membalasnya,
Kita hanya manusia, penuh dosa dan salah,
Tak pantas membalas dendam, tak pantas berdendam.

Percayalah, Allah Maha Adil,
Dia akan membalas setiap perbuatan,
Dia akan mengangkat derajat orang yang sabar dan pemaaf,
Dan Dia akan menghukum orang yang zalim dan angkuh.

Tetaplah diam, wahai hati yang terluka,
Rendahkan hatimu, maafkan mereka yang bersalah,
Serahkan rasa sakitmu kepada Allah,
Dan yakinlah, Dia akan memberikan yang terbaik untukmu.

"Diam dalam Ketinggian Hati"

Diam ketika terhina, terperangkap dalam nada yang mematahkan,
Seperti sandal jepit, terinjak dan terinjak lagi.
Berat memang, namun adakah kebijaksanaan dalam diam?
Meninggalkan kata-kata, biarkan hati yang menjawab.

Rendah hati adalah pilihan, bukan kelemahan,
Mengampuni, bukan menyerah pada rasa sakit yang mendalam.
Serahkanlah pada Yang Maha Kuasa, pemilik segala hati,
Biarkan-Nya yang merawat, merajut kembali ketegaran.

Diam dalam ketinggian hati, melebihi segala cela,
Kau adalah benteng, melawan serangan keji.
Ketika hinaan melanda, biarkan diam bicara,
Kau adalah pemenang, dalam kelembutan hati yang luhur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun