Berat
Berat memang, saat hati terluka,
Mendengar hinaan dan cacian tak terkira.
Ingin marah, ingin melawan,
Namun teringat, diam adalah jawaban.
Seperti sandal jepit, diinjak dan direndahkan,
Namun tak melawan, tak mengeluh, hanya terdiam.
Rendah hatilah selalu, kuncinya ketenangan,
Mengampuni dan menyerahkan, pada Sang Pemilik Keabadian.
Biarkan Dia yang mengurusnya,
Biarkan Dia yang membalasnya,
Kita hanya manusia, penuh dosa dan salah,
Tak pantas membalas dendam, tak pantas berdendam.
Percayalah, Allah Maha Adil,
Dia akan membalas setiap perbuatan,
Dia akan mengangkat derajat orang yang sabar dan pemaaf,
Dan Dia akan menghukum orang yang zalim dan angkuh.
Tetaplah diam, wahai hati yang terluka,
Rendahkan hatimu, maafkan mereka yang bersalah,
Serahkan rasa sakitmu kepada Allah,
Dan yakinlah, Dia akan memberikan yang terbaik untukmu.
Diam ketika terhina, terperangkap dalam nada yang mematahkan,
Seperti sandal jepit, terinjak dan terinjak lagi.
Berat memang, namun adakah kebijaksanaan dalam diam?
Meninggalkan kata-kata, biarkan hati yang menjawab.
Rendah hati adalah pilihan, bukan kelemahan,
Mengampuni, bukan menyerah pada rasa sakit yang mendalam.
Serahkanlah pada Yang Maha Kuasa, pemilik segala hati,
Biarkan-Nya yang merawat, merajut kembali ketegaran.
Diam dalam ketinggian hati, melebihi segala cela,
Kau adalah benteng, melawan serangan keji.
Ketika hinaan melanda, biarkan diam bicara,
Kau adalah pemenang, dalam kelembutan hati yang luhur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H