Cintaku bagaikan sandal butut yang lama,
Terkikis waktu, hampir putus talinya.
Tapi janganlah tergesa, janganlah terburu,
Karena cintaku untukmu takkan pernah usai.
Meski terasa kusam dan tak lagi mengkilap,
Seperti sandal yang telah lama meniti jalan,
Namun tetaplah kau sandal langkahku,
Yang setia menemani di setiap perjalanan.
Cintaku mungkin tak selalu sempurna,
Terkadang rapuh seperti talinya yang usang.
Namun dalam kerapuhan itu tersimpan kekuatan,
Kekuatan cinta yang tulus, abadi, dan tahan lama.
Biarkan kita memperbaiki talinya bersama,
Merajut kembali setiap simpul yang kendur.
Sehingga cintaku bagai sandal butut yang diuji,
Tetap tegar melangkah, bersama engkau, terus berjalan.
Cintaku padamu tak seindah puisi,
Tak semegah istana yang terbuat dari batu.
Cintaku padamu sederhana,
Seperti sandal butut yang selalu menemanimu.
Sandal butut tak seindah sepatu hak tinggi,
Namun ia selalu setia menemanimu melangkah.
Di jalanan yang berbatu dan berdebu,
Ia selalu melindungi kakimu dari rasa sakit.
Seperti sandal butut, cintaku tak sempurna.
Ada kekurangan dan kelemahan di dalamnya.
Namun, cintaku tulus dan tanpa pamrih,
Selalu ada untukmu di saat senang dan sedih.
Cintaku takkan pernah pudar oleh waktu,
Seperti sandal butut yang takkan pernah lekang oleh zaman.
Cintaku akan selalu setia menemanimu,
Sampai akhir hayat nanti.
Jangan pernah kau lepaskan cintaku,
Seperti sandal butut yang takkan kau buang.
Jagalah cintaku dengan baik,
Seperti kau menjaga sandal bututmu dengan kasih sayang.
Cintaku padamu seperti sandal butut,
Sederhana, tulus, dan takkan pernah lekang oleh waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H