Mabuklah, Tapi Pada Apa?
Agar kau tak merasakan beban ngeri sang waktu,
Mabuklah tanpa henti.
Tetapi pada apa? Pada anggur, puisi atau kebajikan,
Sesuai keinginanmu. Mabuklah.
Bagi yang terbebani kesunyian,
Mabuklah pada anggur yang meriah.
Biarkan rasa hangat mengalir dalam nadi,
Menenggelamkan kesepian dalam tarian dan nyanyian.
Bagi yang jiwanya merindukan keindahan,
Mabuklah pada kebajikan, wahai jiwa yang haus akan keindahan,
Terlena dalam pesona kebaikan yang tak terlupakan.
Rasakanlah kenikmatan dalam setiap langkah kebajikan,
Sebagai obat bagi beban ngeri sang waktu yang mengintai.
Jadilah pemabuk akan kasih sayang dan belas kasihan,
Mengalirkan cinta tanpa batas kepada sesama manusia.
Biarkan hatimu dipenuhi dengan kebaikan yang memancar,
Sebagai tanda bahwa kita hidup bukan untuk diri sendiri.
Mabuklah pada kejujuran dan integritas yang teguh,
Menjadi cermin dari kesucian hati dan ketulusan niat.
Biarkan kebajikan mengalir dalam setiap tindakanmu,
Sebagai tonggak dalam menjalani hidup yang bermakna.
Jangan biarkan dirimu terjerat dalam kebimbangan dan keraguan,
Mabuklah pada kebajikan, sebagai penuntun setia.
Dalam dunia yang serba kabur, kebajikan adalah cahaya,
Yang membimbing langkah kita menuju kebahagiaan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H