Di negeri mimpi yang penuh khayalan,
Berdiri pemimpin dengan hati nurani yang kelam.
Janji-janji manis bagai buih di lautan,
Terbang bersama angin, tanpa ada kenyataan.
Rakyat terbuai dalam mimpi indah,
Terlena dengan ilusi dan harapan semu.
Kebohongan dan manipulasi merajalela,
Kebenaran terkubur dalam lubang yang dalam.
Hati nurani pemimpin bagaikan pisau bermata dua,
Di satu sisi, berpura-pura peduli dan merdu.
Di sisi lain, mencengkeram kekuasaan dengan rakus,
Menindas rakyat dengan tangan besi yang kejam.
Namun, secercah cahaya masih bersinar,
Di hati rakyat yang masih memiliki nurani.
Suara-suara perlawanan mulai terdengar,
Menuntut keadilan dan perubahan yang nyata.
Mungkinkah negeri mimpi ini terbangun dari tidurnya?
Mungkinkah pemimpinnya menemukan hati nuraninya?
Ataukah selamanya terjebak dalam ilusi dan kebohongan?
Hanya waktu yang dapat menjawabnya.
Hati nurani pemimpin negeri mimpi,
Menyuarakan kebenaran di tengah gemuruh.
Di hatinya, terpahat cita-cita yang suci,
Menggapai keadilan untuk semua insan.
Tak terbiaskan oleh hiruk pikuk kekuasaan,
Dia berjalan teguh dengan nurani yang jernih.
Pemimpin yang melangkah di atas prinsip,
Membimbing bangsa menuju masa depan yang gemilang.
Dalam keputusannya, ia merangkul keadilan,
Menjaga keutuhan dan kedamaian dengan cinta.
Tak hanya berbicara, tetapi bertindak nyata,
Mengukir jejak kebaikan untuk generasi mendatang.
Hati nurani pemimpin negeri mimpi,
Menjadi penuntun dalam setiap langkahnya.
Dengan visi yang jelas dan tekad yang kuat,
Dia memimpin dengan kasih, untuk kebahagiaan bersama.