Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Meniti Hutan Cemara

13 Februari 2024   04:04 Diperbarui: 13 Februari 2024   05:45 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Meniti Hutan Cemara


Di bawah naungan cemara yang menjulang tinggi,
Langkah kaki menapaki jalan setapak yang terjal.
Sinar mentari menembus dedaunan yang rimbun,
Menciptakan symphony cahaya dan bayangan yang memukau.

Udara segar menusuk hidung,
Membawa aroma tanah yang lembab dan getah cemara yang khas.
Suara gemerisik daun dan kicauan burung bersahutan,
Menciptakan melodi alam yang menenangkan jiwa.

Hutan cemara bagaikan kuil alam yang suci,
Menawarkan ketenangan di tengah hiruk pikuk dunia.
Di sini, jiwa menemukan kedamaiannya,
Terbebas dari beban dan kekhawatiran yang mendera.

Setiap langkah kaki diiringi rasa syukur,
Mensyukuri keindahan alam yang terbentang di depan mata.
Hutan cemara bagaikan permadani hijau yang luas,
Menebarkan kedamaian dan ketenangan bagi yang melintasinya.

Di sini, di bawah naungan cemara yang menenangkan,
Jiwa menemukan kedamaiannya,
Menemukan kembali makna hidup yang sesungguhnya.

Langkahku meniti hutan cemara yang sunyi,
Di antara pepohonan yang menjulang tinggi.
Dengarlah, angin berbisik lembut,
Mengiringi langkahku dalam kesunyian malam.

Di sela-sela cemara yang rimbun,
Aku merasakan kedamaian yang tenang.
Langit malam yang penuh bintang,
Menyinari jalanku dengan cahaya yang lembut.

Setiap langkahku dipenuhi dengan keajaiban alam,
Di hutan cemara yang penuh misteri.
Kulihat bayangan-bayangan yang bergerak,
Seperti penjaga-penjaga rahasia alam semesta.

Dalam diamnya malam, aku merenung,
Tentang keindahan dan kebesaran ciptaan Tuhan.
Hutan cemara mengajarkan kehumbaan,
Dan mengingatkan akan besarnya alam ini.

Meski sunyi, namun hutan cemara penuh kehidupan,
Dengan suara-suara yang tak terdengar oleh manusia.
Dan di setiap langkah yang kuteruskan,
Aku merasa menjadi bagian dari alam yang abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun