Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Najis Bibir

6 Februari 2024   21:23 Diperbarui: 6 Februari 2024   21:38 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bibir yang kau sebut najis,
Mengucapkan kata-kata yang menusuk hati.
Dalam puisi ini, terdapat kesedihan yang tersembunyi,
Di balik kata-kata yang menusuk dan menusuk.

Bibir yang terucapkan dusta,
Menyebarkan racun di antara kata-kata.
Dalam bait-bait puisi, terungkap kepedihan,
Ketika bibir yang seharusnya menyampaikan kebaikan, justru menjadi sumber kegelapan.

Najis bibir, cermin dari hati yang busuk,
Mengalirkan air mata dan kesedihan yang dalam.
Dalam puisi ini, terdengar rintihan kesunyian,
Ketika bibir-bibir menghujam dengan kejahatan yang tersembunyi.

Namun, di balik najis bibir yang terucap,
Masih ada ruang untuk kesembuhan dan kebaikan.
Dalam bait-bait puisi, terpancar harapan,
Bahwa meski najis bibir menghujam, cahaya kebaikan masih berpendar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun