Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kau Bagai Pohon

22 Januari 2024   17:27 Diperbarui: 22 Januari 2024   17:29 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangkitlah

Bangkitlah, kawan,
Hidup ini terlalu singkat
Untuk di isi dengan segala penyesalan kita

Lihatlah ke depan,
Ada banyak hal indah
Yang menunggu untuk kita capai

Jangan biarkan masa lalu
Menghalangi langkah kita
Mari lupakan segala kesalahan
Dan mulailah dari awal

Bangkitlah, kawan,
Kita masih punya banyak waktu
Untuk meraih mimpi kita

Jangan pernah menyerah
Walaupun menghadapi tantangan
Percayalah pada diri sendiri
Dan teruslah maju
Bangkitlah, oh jiwa yang terhempas,
Hidup ini bagai pelangi yang cepat berlalu.
Terlalu singkat untuk terperangkap dalam penyesalan,
Mari, hadapi tantangan, kejarlah mimpi yang terhampas.

Jangan biarkan duka membelenggu langkahmu,
Sebab waktu terus bergerak tanpa henti.
Bangkitlah seperti fajar yang memecah kegelapan,
Hidup ini, lembaran baru yang menanti cerita.

Peluk erat kebahagiaan yang tersisa,
Biarkan cinta dan senyum menghiasi hari-harimu.
Jangan biarkan penyesalan melukai hati,
Bangkitlah, dan nikmati setiap momen yang tercipta.

Ketika malam tiba, bintang-bintang bersinar,
Seperti harapan yang selalu memandu.
Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan,
Bangkitlah, jadilah pahlawan dalam kisahmu sendiri.

Lihatlah mentari pagi yang bersinar begitu cerah,
Semangat hidup menari di dalam sinarnya.
Terlalu singkat untuk terjebak dalam kesedihan,
Bangkitlah, temui kebahagiaan yang menanti di depan.

Jangan biarkan masa lalu menentukan masa depan,
Bangkitlah, genggam erat setiap peluang yang datang.
Hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan penyesalan,
Jadilah pemenang, hadapi dengan keberanian.

Bangkitlah, oh jiwa yang memiliki kekuatan,
Terangi dunia dengan api semangatmu.
Hidup ini terlalu singkat untuk terhanyut penyesalan,
Jadilah pelaut yang gagah, layar angin menantimu.

Hidup ini adalah anugerah
Mari kita manfaatkan sebaik-baiknya
Untuk membuat dunia ini lebih baik

Penyesalan tidak akan mengubah apa pun
Yang bisa kita lakukan hanyalah bangkit
Dan melanjutkan hidup dengan penuh semangat
Kau bagai pohon yang tumbuh di kebun hati,
Akar-akarmu meresapi kehidupan yang penuh getir.
Saath terluka, cabangmu merintih lembut,
Bagaimana kau menyembuhkan luka batinmu?

Bangkitlah, seperti embun pagi yang menari,
Bukanlah kau pohon yang tak merasakan sakit hati.
Pohon itu hening, tak pernah mengeluh,
Tetapi kau, jiwa yang hidup, punya hak untuk merawat.

Begitu terluka, peluklah dirimu sendiri,
Layaknya daun yang meranggas di musim gugur.
Namun, jangan biarkan dirimu terkubur dalam duka,
Bangkitlah, karena kau lebih dari pohon yang diam.

Pohon tak pernah menyimpan dendam,
Mereka iklaskan, memaafkan, dan merangkul langit.
Sama seperti kau, bersihkan hatimu dari beban,
Iklaskan, maafkan, dan biarkan ampunan menyembuhkan.

Allah yang bekerja dalam setiap keajaiban,
Dia memberikan kekuatan untuk menyembuhkan.
Kau bukanlah pohon yang tak punya perasaan,
Bangkitlah, hadapi dunia dengan hati yang utuh.

Jadilah hujan yang membersihkan ranum hatimu,
Biarkan sinar mentari Allah menyembuhkan luka.
Percayalah, di setiap perjalanan kesembuhan,
Kau akan menemukan kekuatan dan ketenangan yang sempurna.
Jadi, bangkitlah, kawan
Dan jalani hidupmu dengan penuh sukacita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun