Kepada yang patah
Dalam remang asa, duka merayap,
Menyelimuti jiwa, pilu dan lelah.
Harapan bagai kunang-kunang meriap,
Sinarnya redup, dihembus angin resah.
Tapi, meski gelap menyelimuti,
Adakah kau dengar bisikan hati?
"Di balik mendung, mentari berseri,
Di balik nestapa, bahagia menanti."
Patah asa, ujian yang berat,
Memuji kelemahan, meragukan kuat.
Namun, ingatlah, wahai yang teramat lelah,
Kekuatan sejati lahir dari kerapuhan tersembunyi.
Biarkan air mata mengalir bebas,
Bersihkan duka, bebaskan lara.
Lalu, bangkitlah, tegakkanlah kepala,
Lalui jalan terjal, raihlah impian bahari.
Langkah pertama mungkin berat,
Tapi tiap langkah, asa menguat.
Percayalah, wahai yang patah,
Waktu akan menyembuhkan, dan bahagia akan menanti.
Jadi, janganlah menyerah, janganlah putus asa,
Sebab pelangi terindah, lahir setelah badai.
Bersandarlah pada asa, berpeganglah pada mimpi,
Dan teruslah berjalan, hingga mentari bersinar kembali.
Untukmu yang patah asa, dengarlah,
Di kegelapan hatimu, ada cahaya yang menari,
Meski dunia terasa suram dan pilu,
Ada harap di balik awan kelam ini.
Dalam reruntuhan mimpi yang hancur,
Tumbuhlah kembali seperti bunga yang merekah,
Tiap petal menceritakan kisah kesabaran,
Dan setiap embun pagi membawa pengharapan.
Mungkin malam ini terasa begitu sepi,
Namun, bintang-bintang tetap bersinar tinggi,
Jangan biarkan kegagalan membunuh semangat,
Sebab kehidupan adalah kisah yang tak terduga.
Patah asa bukan akhir dari perjalananmu,
Melainkan pangkal untuk bangkit lebih kuat,
Biarkan hatimu menyanyikan lagu penyembuhan,
Seperti burung yang tetap bernyanyi di tengah badai.
Jangan ragu untuk mencari pelukan,
Dalam setiap pelukan terdapat kehangatan,
Dan dalam setiap air mata yang jatuh,
Ada kekuatan yang muncul dari kelemahan.
Percayalah, waktu akan menjadi sekutumu,
Merangkulmu dengan pelukan penyembuhan,
Kau tak sendiri di dalam perjalanan ini,
Kita bersama-sama menulis kisah kehidupan yang penuh makna.