Hari ini, hatiku terasa berat karena beban luka batin yang kualami. Terkadang, kita memang harus berani menyelami kedalam diri untuk menemukan luka-luka yang tersembunyi. Melalui catatan ini, aku ingin merenung dan meresapi perjalanan menuju pemulihan.
Hari ini aku kembali dihadapkan pada luka batinku. Aku masih belum bisa sepenuhnya melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Aku masih merasa sakit dan marah. Aku pernah ditolak oleh seseorang yang aku cintai.Â
Aku merasa sangat kecewa dan sakit hati. Aku merasa seperti tidak berharga. Aku juga pernah kehilangan orang yang aku sayangi. Kematiannya meninggalkan luka yang sangat dalam di hatiku.Â
Aku merasa kesepian dan hampa. Luka-luka ini telah membekas di hatiku. Aku merasa sulit untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakitiku.Â
Aku merasa sulit untuk melepaskan rasa sakit dan kemarahanku. Aku tahu bahwa aku harus mengatasi luka batinku. Aku tidak ingin terus hidup dalam kebencian dan penyesalan. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih bahagia dan damai.
Refleksi Diri
Aku sadar bahwa luka batin ini tumbuh dari kepingan-kepingan masa lalu yang terpendam. Kadang-kadang, kita terlalu keras pada diri sendiri dan membiarkan rasa bersalah memenuhi ruang hati. Pada saat seperti ini, perlu adanya refleksi diri untuk memahami akar permasalahan dan menemukan jalan menuju pengampunan.
Aku harus mengerti bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Kesalahan yang pernah kulakukan bukanlah akhir dari segalanya. Refleksi ini menjadi kunci untuk membuka pintu menuju pengampunan, bukan hanya untuk orang lain, tetapi juga untuk diri sendiri.Â
Aku menyadari bahwa luka batinku telah membuatku menjadi pribadi yang lebih tertutup dan sinis. Aku sering merasa curiga dan tidak percaya pada orang lain.Â
Aku juga sering merasa sedih dan putus asa. Aku ingin mengubah diriku. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih terbuka dan optimis. Aku ingin bisa memaafkan orang lain dan menerima diriku sendiri apa adanya.