Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balutan Kasih

12 Januari 2024   14:50 Diperbarui: 12 Januari 2024   15:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenapa Tubuhmu Menjadi Panas?

Ketika kudinginkan dengan urapan kasih
Dalam balutan belaskasih-Mu
Tubuhmu menjadi panas
Kenapa?

Apakah karena kau tidak percaya
Bahwa aku mencintaimu?

Ataukah karena kau masih menyimpan
Dendam dan permusuhan di hati?

Jika begitu, aku ingin kau
Bangkit dari ketakutan

Lari dari jiwamu yang pengecut
Tinggalkan mentalmu yang pecundang

Hanya kejujuran dan kebaikanmu
Yang dapat kau andalkan

Karena dialah andalan dan teladan
Hidupmu selanjutnya hingga tutup usia

Ingatlah bahwa kau
Jembatan penghubung
Ke Suga yang mulia

Balutan Belaskasih
Kenapa tubuhku terasa meleleh,
Saat kudinginkan dengan urapan kasih?
Dalam belaskasihMu, benih kasih tertanam,
Bukan dendam dan permusuhan yang tumbuh.

Bangkitlah ragaku dari ketakutan,
Larilah jiwa, tinggalkan mental yang pecundang.
Pengecut dan pengecut, jauhkanlah diri,
Hanya kejujuran dan kebaikanMu yang terandalkan.

Andalan hidupku, teladan yang mulia,
Kau jembatan penghubung ke Suga yang agung.
Tinggalkanlah jejak kasih dan kedamaian,
Seiring langkah hidup, hingga tutup usia.

Ingatlah, bahwa kasih adalah bekal abadi,
Dalam setiap detik, dalam setiap langkah.
Jadilah cahaya bagi yang gelap,
Dan sumber kekuatan bagi yang lemah.

Biarkanlah belaskasihMu menyelimuti,
Seperti selimut hangat di malam dingin.
Biarlah benih kasih tumbuh subur,
Mekar indah dalam batin yang tulus dan ikhlas.

Makna Puisi
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mencoba untuk mendinginkan tubuh seseorang yang lain dengan urapan kasih. Namun, justru tubuh orang tersebut menjadi panas. Hal ini bisa diartikan bahwa orang tersebut masih menyimpan dendam dan permusuhan di hatinya.
Penulis puisi kemudian mengajak orang tersebut untuk bangkit dari ketakutan dan meninggalkan mentalnya yang pecundang. Hanya kejujuran dan kebaikan yang dapat diandalkan untuk menjalani hidup.
Puisi ini juga mengingatkan orang tersebut bahwa dia adalah jembatan penghubung ke Suga yang mulia. Suga adalah sosok yang dihormati dan dikagumi oleh penulis puisi.

Interpretasi Personal
Menurut saya, puisi ini bisa diinterpretasikan sebagai pesan untuk kita semua. Kita harus belajar untuk memaafkan dan melepaskan dendam. Kita juga harus belajar untuk menjadi jujur dan baik hati. Hanya dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan bahagia dan damai.
Puisi ini juga mengingatkan kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Kita harus menjadi jembatan penghubung antara kebaikan dan keindahan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun