Kebaikan di Tepi Usia
Di tepi usia, kakek masih berjuang
Menjual balai bambu, mencari rezeki
Meski malu untuk meminta-minta
Tapi dia tetap sabar dan tabah
Meski miskin harta, tapi dia kaya akan kerajaan surga
Keikhlasannya dalam bekerja dan beribadah
Telah membuat hatinya bahagia
Dan selalu bersyukur kepada Tuhan
Dia berharap kebaikan dari orang-orang
Yang melihatnya berjuang
Meski hanya sedikit, tapi dia tetap bersyukur
Karena itu berarti ada orang yang peduli
Dia berharap kebaikan dari Tuhan
Agar dia selalu diberi kesehatan
Dan kekuatan untuk terus berjuang
Mencari rezeki yang halal
Semoga kebaikan selalu menyertai kakek
Semoga dia selalu dilindungi oleh Tuhan
Dan semoga dia bisa hidup bahagia
Di sisa umurnya yang tak lama lagi
Di tepi usia yang gemilang,
Seorang kakek bertahan dengan balai bambu,
Melangkah lelah di lorong waktu,
Perjuangan terukir di keriput wajahnya.
Dagangannya sederhana, balai-bamboe yang indah,
Menyajikan karya tangan dengan cinta,
Meski usia telah berbicara,
Semangatnya tak pernah surut tergerus waktu.
Malu tersemat dalam hatinya,
Meminta belas kasih di ujung jalan panjang,
Namun, derajatnya tak tergoyahkan,
Kakek penjual balai bambu tetap berdiri tegak.
Dalam tatapan matanya yang penuh harap,
Terbaca kisah hidup yang penuh perjuangan,
Di setiap simpul balai yang dia buat,
Terukir doa-doa untuk kebaikan di hari esok.
Mungkin pelanggan lewat tanpa memperhatikan,
Namun, di setiap balai yang terjual,
Ada kepingan harapan yang terselip,
Agar kehidupannya tak sebatas mengais serpihan waktu.
Kakek, pahlawan tanpa tanda jasa,
Berharap pada kebaikan di sela-sela riuhnya pasar,
Dia tetaplah pejuang yang tak kenal lelah,
Meski malu menyergap, tetaplah berdiri, kakek, tetaplah berjuang.