PESAN MORAL DARI PUISI INI:
Puisi ini menggambarkan keadaan seseorang yang berada dalam kepasrahan dan putus asa. Namun, di tengah kegelapan itu, masih ada setitik asa yang bersinar, yaitu harapan kepada Tuhan. Tuhan digambarkan sebagai mukjizat, penyelamat sejati yang menerangi kabut nestapa dan memberikan kekuatan di saat-saat yang lemah.
Puisi ini menggunakan bahasa yang puitis dan penuh makna. Pilihan kata-katanya indah dan menyentuh hati, seperti "sunyi jiwa", "badai nestapa", "seberkas sinar", dan "pelita pengharapan". Puisi ini juga menggunakan metafora yang kuat, seperti "mukjizat kasih-Mu" dan "cahaya mentari pagi".
Puisi ini bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa Tuhan selalu bersama kita, bahkan di saat-saat yang tergelap sekalipun. Dia adalah sumber kekuatan dan pengharapan kita. Kita hanya perlu membuka hati kita kepada-Nya dan percaya bahwa Dia akan selalu menyertai kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H