Merajut Kembali Kejujuran yang Kokoh
Benar itu, kejujuran adalah tiang kehidupan,
Ia kokoh dan kuat, takkan mudah roboh.
Tapi kejujuran juga rapuh,
Bisa hancur oleh dusta dan kebohongan.
Jika kejujuran terkoyak,
Jangan putus asa,
Selagi masih ada niat untuk memperbaikinya.
Mulailah dengan mengakui kesalahan,
Berani mengatakan kebenaran,
Meski terasa pahit.
Setelah itu,
Mulailah merajut kembali kejujuran,
Dengan hati yang tulus dan penuh cinta.
Gunakan benang-benang maaf dan pengertian,
Untuk menyatukan kembali kejujuran yang terkoyak.
Kejujuran yang terjalin kembali,
Akan semakin kokoh dan kuat,
Menjadi pondasi yang kokoh,
Untuk membangun kehidupan yang lebih baik.
Di antara benang waktu yang kusut dan terlipat,
Aku ingin merajut kembali kejujuran yang kokoh.
Seperti kain yang terjalin dalam harmoni,
Menghubungkan hati dan jiwa yang terpisah.
Langit kelam pun akan mendongak mengagumi,
Sastra cinta yang teranyam dalam kebenaran.
Kita tak lagi terjerat dalam benang-benang siluman,
Melainkan merajut kejujuran yang kokoh dan jernih.
Dalam kerumitan dunia, kita temukan sederhana,
Melalui kata-kata yang jujur dan tulus.
Setiap simpul yang kubuat, adalah janji untuk setia,
Merajut kembali kejujuran, melepaskan yang palsu.
Biarkan setiap titik menari dalam keanggunan,
Membentuk gambar indah, sebuah lukisan jiwa.
Kita adalah penulis cerita yang tak lagi terluka,
Merajut kejujuran sebagai kitab yang membahana.
Dalam pelukan benang merah yang tak terputus,
Kita temukan kekuatan dalam kejujuran yang abadi.
Bebaskan diri dari kepompong kebohongan,
Dan terbang bebas menuju langit kebenaran.
Aku dan engkau, dua hati yang tak terpisahkan,
Merajut kembali kejujuran yang kokoh dan mendalam.
Biarlah cerita kita menjadi puisi yang abadi,
Yang menceritakan tentang cinta dalam benang kejujuran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H