Mohon tunggu...
Agung Christanto
Agung Christanto Mohon Tunggu... Guru - guru SMA
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Dari Nol Menuju Puncak, Berbagi Inspirasi dengan Keteguhan Hati

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saat Tetes Hujan Bercampur Keringat Lelah

6 Desember 2023   13:14 Diperbarui: 6 Desember 2023   13:22 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat air hujan bercampur keringat lelah
Di antara butiran peluh yang berdansa,
Menari di rintik hujan yang membasahi tanah.
Di peluk erat bumi, kelelahan terasa ringan,
Seperti irama pelukan alam yang tak pernah pudar.

Peluh yang mencurahkan usaha dan perjuangan,
Menyatu dengan tetesan hujan yang turun lembut.
Seakan keduanya berbicara dalam bahasa diam,
Menggambarkan perjalanan hidup yang tak lekang oleh waktu.

Di bawah langit yang bersahaja,
Peluh dan hujan menyatu dalam harmoni.
Mereka menciptakan nyanyian kehidupan,
Yang mengalir seiring waktu, tak terlupakan.

Begitu banyak cerita terukir dalam setiap tetesan,
Peluh menjadi saksi perjuangan, hujan menjadi penyembuh.
Bersama-sama, mereka menari dalam keajaiban,
Menyiratkan keindahan di antara kerinduan dan kepuasan.

Jadi, di pelukan peluh dan hujan yang menyatu,
Kita temukan keajaiban di setiap jatuh dan bangkit.
Dalam sepak terjang hidup yang tak pernah berhenti,
Peluh dan hujan menciptakan syair abadi.
Di rintik hujan yang lembut, terasa getir keringat lelah,
Bertemu dalam tarian yang membaur di bumi yang haus.
Setetes air mata langit menyatu dengan peluh perjuangan,
Menyingsingkan kisah dalam keheningan malam yang tenang.

Kehidupan merayakan perjumpaan dua elemen berbeda,
Air hujan yang memeluk bumi dan keringat yang setia menetes.
Bersama-sama, mereka berbicara dalam bahasa diam,
Mengisahkan perjalanan yang tak pernah lelah mengarungi waktu.

Dalam genangan air hujan, mencerminkan cermin kehidupan,
Jejak kaki langit yang merangkul peluh tanah yang berserakan.
Keringat menjadi goresan cat pada lukisan semesta,
Mengabadikan perjuangan di antara hujan dan terik mentari.

Pada setiap tetes yang jatuh, terpahat cerita kehidupan,
Peluh yang membasahi bumi, hujan yang membasuh hati.
Mereka merangkul dalam kelelahan dan keheningan,
Menjadi syair yang dinyanyikan oleh alam pada setiap senja.

Jadi, saat air hujan bercampur keringat lelah,
Terlahirlah puisi tentang ketekunan dan keindahan.
Dalam pelukan dua dunia yang berbeda,
Kita temukan keabadian dalam perjalanan yang terus berlanjut.
Saat air hujan bercampur keringat lelah
Saat bara masih ditangan
Saat tubuh terasa lemas
Dan pikiran mulai bimbang

Kala itu, aku hanya bisa menghela nafas
Mencoba untuk tegar
Meski hati terasa lelah
Dan jiwa mulai rapuh

Aku tahu, perjuangan ini tidak mudah
Tapi aku tidak akan menyerah
Aku akan terus berjuang
Demi masa depan yang lebih baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun