Terbius Kantuk Menghantui Karya
Di kala senja melingkupi, kantuk merayap tiba,
Menjelma menjadi peluk lembut, dalam hening sepi.
Menghantui karya dengan pesona, mengundang dekat mimpi,
Namun, bara di genggaman tetap menyala, menuntun melangkah.
Masa depan hari ini tersemat di mata, merona di kejauhan,
Namun, kantuk menggoda, meminta istirahat sejenak.
Bara yang tergenggam, bukanlah lambang kelemahan,
Melainkan kekuatan yang terpendam, dalam setiap detik ketenangan.
Menghantui dengan desiran angan, kantuk menari,
Seperti bayangan yang merayap di balik pikiran.
Bara yang menggenggam, setia menyala dalam kegelapan,
Menyinari jalur menuju masa depan, yang masih terbungkam.
Meski karya terhantui, langkah takkan terhenti,
Kantuk adalah detak napas, di antara irama waktu.
Bara yang teguh di genggaman, menyemangati perjalanan,
Mengajak menjauhkan masa depan, menuju dunia yang menggoda.
Puisi ini adalah seruan untuk merangkul kantuk dengan bijak,
Sebagai teman seiring perjalanan menuju hari esok.
Bara di genggaman tetap menyala, menginspirasi,
Menjadi pemandu setia, di dalam takdir yang tergores hari ini.
Di siang yang terik,
Kantuk yang teramat,
Membuat mataku terpejam,
Dan pikiranku melayang.
Karya yang belum selesai,
Terasa semakin jauh,
Masa depan yang terbentang,
Terasa semakin suram.
Namun, bara semangat,
Masih menggenggam erat,
Mendorongku untuk terus berkarya,
Meski kantuk masih menghantui.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H