Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Merangkul Mentari, Membuka Mata Syukur

24 November 2024   12:12 Diperbarui: 24 November 2024   12:16 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merangkul mentari di atas kepala,
tak perlu mencari bayangan diri.
Cukuplah kita belajar dari atas,
melihat permasalahan yang menimpa sesama,
dan membuka MATA SYUKUR
untuk nikmat yang sering kita lupa.

Mereka datang,
membawa cerita sakit yang menyayat,
musibah yang menundukkan bahu,
hanya mencari tempat untuk didengar,
sejenak meletakkan beban hati.

Sementara kita,
cukup mengadu pada-Nya,
di sepi malam atau sunyi pagi,
meminta tenang dalam keyakinan
bahwa semua luka ada akhir pengobatannya.

Akan ada timbal balik kebaikan,
tanpa kita sadari,
ketika telinga mendengar,
ketika hati peduli,
karena berbagi beban adalah bentuk cinta,
dan syukur adalah tangga menuju damai.

Jangan tunggu mentari terbenam,
teruslah rangkul cahayanya,
agar hidup tak hanya tentang diri,
tapi juga tentang kebaikan yang kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun