Merangkul mentari di atas kepala,
tak perlu mencari bayangan diri.
Cukuplah kita belajar dari atas,
melihat permasalahan yang menimpa sesama,
dan membuka MATA SYUKUR
untuk nikmat yang sering kita lupa.
Mereka datang,
membawa cerita sakit yang menyayat,
musibah yang menundukkan bahu,
hanya mencari tempat untuk didengar,
sejenak meletakkan beban hati.
Sementara kita,
cukup mengadu pada-Nya,
di sepi malam atau sunyi pagi,
meminta tenang dalam keyakinan
bahwa semua luka ada akhir pengobatannya.
Akan ada timbal balik kebaikan,
tanpa kita sadari,
ketika telinga mendengar,
ketika hati peduli,
karena berbagi beban adalah bentuk cinta,
dan syukur adalah tangga menuju damai.
Jangan tunggu mentari terbenam,
teruslah rangkul cahayanya,
agar hidup tak hanya tentang diri,
tapi juga tentang kebaikan yang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H