Di tepi jalan, Bartimius berseru, Buta mata, namun hatinya tak keliru. Dalam gelap, imannya bersinar terang, Menyelamatkan jiwa, menggapai harapan.
Cahaya mentari pagi menyapa lembut, Seperti suara Tuhan yang tak pernah redup. "Ya Yesus, Anakku, dengarkan seruanku," Dengan penuh keyakinan, ia memohon dan berdoa.
Dalam gelap gulita, dunia tak terlihat, Bartimeus merintih, hati penuh pilu. Namun imannya teguh, suara tak pernah padam, "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Masyarakat ramai, menegur dan membisu, Namun semangatnya tak pernah surut atau ragu. "Anak Daud, kasihanilah aku," teriaknya keras, Iman yang tulus menjadikan langkahnya pasti dan jelas.
Dan saat Yesus mendekat dengan kasih sayang, Bartimius merasakan kehadiran yang menenangkan. "Lihatlah! Imanmu telah menyelamatkanmu," Sekilas cahaya menyelimuti jiwanya yang baru.
Kini matanya terbuka, dunia terlihat indah, Cahaya mentari pagi membawa harapan yang megah. Dari kegelapan menuju terang yang abadi, Bartimius bersyukur atas kasih ilahi.
Dengan langkah mantap ia melangkah pergi, Mengisahkan mukjizat kepada setiap hati. Buta mata bukanlah akhir dari segalanya, Karena iman adalah cahaya dalam kegelapan dunia.
Mentari pagi bersinar, menerangi wajah, Bartimeus melihat, air mata bahagia. Imannya yang teguh, menjadi pelita, Menuntunnya keluar dari kegelapan dunia.
Dalam gelap gulita, dunia tak terlihat,Bartimeus merintih, hati penuh pilu.Namun imannya teguh, suara tak pernah padam,"Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H