Tetesan air mata, jatuh membumi,
Menyatu dengan tanah, menjadi satu.
Namun jiwaku meraung, menuju langit,
Menggenggam harapan, dalam kesendirian.
Tangisan ini, bukan sekadar air mata,
Ia adalah suara hati, yang terluka.
Mencari jawaban, di antara bintang,
Tentang cinta, kehidupan, dan segala duka.
Langit biru, dengarlah ratapku,
Bulan purnama, saksikan duka ini.
Aku berharap, ada pelangi setelah hujan,
Menyembuhkan luka, dan kembali bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!