Puisi: Pahit Manis Kopi dan Kebohongan
Secangkir Hangat di Pagi yang Sepi
Kopi pertama pagi ini, hangat, pekat, tenang,
Menemani jiwa yang masih terlelap dalam mimpi yang kelam.
Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan,
Mencari kehangatan di tengah sunyi yang mendalam.
Cinta yang Tersembunyi
Aku mencintaimu dengan cinta yang orang lain tak tahu,
Kecuali Sang Pencipta yang selalu bersamaku.
Cinta yang tulus, tanpa pamrih, dan penuh makna,
Terukir indah di relung hati yang terdalam.
Pahitnya Kebohongan yang Menyakitkan
Sebenarnya kebohongan adalah hal yang biasa,
Terucap dari bibir orang-orang di sekitar kita.
Seringkali kita abaikan, pura-pura tak peduli,
Demi menjaga keharmonisan dan menghindari konflik yang tak berarti.
Ketika Kepercayaan Dihianati
Namun, bagian terburuknya adalah ketika kebohongan itu datang,
Dari orang yang kita percayai sepenuh hati dan tanpa ragu.
Sakitnya bagai luka yang menganga, perih dan tak terkira,
Meruntuhkan kepercayaan dan mencoreng hati yang tersayang.
Kekecewaan yang Menggerogoti
Kebohongan bagaikan racun yang mematikan,
Menggerogoti kepercayaan dan memudarkan rasa sayang.
Meninggalkan luka mendalam dan pertanyaan yang tak terjawab,
Mengapa orang yang kita cintai tega mengkhianati dan berbohong?
Mencari Kebenaran di Balik Kegelapan
Di tengah kekecewaan dan rasa sakit yang mendera,
Kita dipaksa untuk mencari kebenaran, meskipun pahit dan menyiksa.
Membongkar kedok kebohongan, membuka mata hati yang terluka,
Dan belajar untuk bangkit kembali, dengan kekuatan dan keteguhan hati.
Kebohongan, meskipun sering dianggap remeh,
Dapat memberikan luka yang jauh lebih dalam daripada yang kita bayangkan.
Marilah kita jaga kepercayaan dan kejujuran dalam setiap hubungan,
Agar tercipta hubungan yang sehat dan penuh kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H