Mohon tunggu...
AGUNG CHRISTANTO
AGUNG CHRISTANTO Mohon Tunggu... Guru - guru SMA

bukan siapa siapa dari nol kembali belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Diam Menggema

14 Juli 2024   22:46 Diperbarui: 14 Juli 2024   23:35 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Judul: Diam yang Menggema

Bait 1:

Jika tawa tak menggema di tujuanmu, Mungkin ia terlalu kecil, belum menantang batasmu. Diam bukan berarti pasrah, diam bukan berarti lemah, Diam adalah kekuatan terpendam, siap meledak bagai petir di awan kelam.

Bait 2:

Cinta yang diam-diam, bagai luka yang tersembunyi,Menyiksa jiwa, merenggut rasa damai.Tak perlu lagi pura-pura, tunjukkan rasa yang sesungguhnya,Sampaikan cintamu, ubah luka menjadi bahagia.

Bait 3:

Pencobaan dan derita, bagai api yang membakar jiwa,Memurnikan hati, menguatkan semangat yang kian lama.Visi yang jernih, ambisi yang membara,Menuntun langkah menuju puncak cita-cita.

Bait 4:

Langkah demi langkah, perlahan tapi pasti,Menaklukkan rintangan, mendaki gunung terjal nan tinggi.Diam bukan berarti berhenti, diam bukan berarti menyerah,Diam adalah kekuatan, mengantarkanmu pada gerbang kejayaan yang cerah.

Bait 5:

Walaupun terlihat tak melakukan apa pun,Percayalah, aku sedang merapikan kekacauan ini, tanpa banyak bicara.Perlahan tapi pasti, dengan penuh keyakinan,Menyelesaikan masalah, menggapai mimpi yang indah nan menawan.

Bait 6:

Diam bukan berarti lemah, diam bukan berarti tak mampu,Diam adalah kekuatan, mengantarkanmu pada masa depan yang gemilang.Teruslah melangkah, jangan pernah ragu dan bimbang,Diammu akan menggema, menjadi bukti ketangguhanmu yang luar biasa.

Penutup:

Diam adalah kekuatan, diam adalah kebijaksanaan,Gunakan diammu untuk melangkah maju, meraih cita-cita.Suatu hari nanti, diammu akan berbicara,Menunjukkan kepada dunia, bahwa kamu mampu mencapai segala yang kau inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun