Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hikayat Tangis

27 Juni 2018   19:24 Diperbarui: 27 Juni 2018   19:43 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangis yang seperti ini menunjukkan seseorang berhati lembut. Tidak kaku, hatinya. Hatinya mudah tersentuh. Dan, hatinya mudah memberi maaf kepada orang lain.

Namun, didalam tangis yang ia lakukan terdapat kekuatan yang dahsyat berupa "ikhlas" dan "mengikhlaskan" kesalahan seseorang.

Tak mudah, memaafkan kesalahan seseorang. Terlebih, kesalahan yang telah membuat ia "tersungkur" dalam hidupnya. Menjadikan ia sangat "sakit hati" dalam menjalani kehidupannya.

Namun, dengan kerelaan hatinya di hari Fitri, ia mudah menghapus kesalahan orang tersebut melalui air yang mengalir di matanya.  Sembari mengucapkan "maafkan atas kesalahan saya",  cukup kalimat itu, ia benar-benar menghayati, ke lubuk hatinya. Tulus hatinya, mengatakan itu. sehingga, meneteslah air mata ke bumi.

Itulah gambaran tangis bahagia yang dianjurkan oleh agama. Menangis atas kesalahan kita kepada sesama. Makhluk Allah, saat dengan Allah pun demikian.

Melalui Istighfar, ia menghayati kesalahan-kesalahan atas perbuatan maksiat yang telah diperbuatnya. Ia membayangkan masa lalunya, yang kelam dengan dosa. Sehingga, saat melafalkan astaghfirullahal 'adzim, yang keluar dari mata berupa tangisan. Hati pun menjadi lembut. Insya Allah memaafkan kesalahan atas dosa orang tersebut.

Mari, lembutkan hati kita melalui tangis karena bahagia. Bahagia karena mengikhlaskan kesalahan-kesalahan orang lain. Atau, kita yang meminta maaf atas perilaku kita yang tidak baik kepada orang lain. Hati yang keras harus dilatih dengan perbanyak istighfar agar menjadi lunak. Ikhlaskan masa lalu seseorang kesalahannya. Sambut ia dengan harapan yang baik untuk hari berikutnya. Mari menangis karena bahagia.

Semarang, 28 Juni 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun