Mohon tunggu...
Agung Kuswantoro
Agung Kuswantoro Mohon Tunggu... Administrasi - UNNES

Pengin istiqomah dan ingin menjadikan menulis menjadi kebiasaan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ide Oke, Teknis Penting

2 Maret 2018   16:07 Diperbarui: 2 Maret 2018   16:23 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ide OK, Teknis Penting
Oleh Agung Kuswantoro

Buku "200 + Solusi Editing Naskah dan Penerbitan" karya Bambang Trim -- bagi saya -- merupakan buku wajib bagi penulis. Penulis apa pun. Bambang Trim merupakan praktisi penulisan dan penerbitan yang sangat berpengalaman. Saya adalah penulis pemula yang merasa berdosa saat men-share atas tulisan saya, setelah membaca buku tersebut.

Pandangan awal bagi saya, bahwa menulis itu keterampilan. Menulis apa saja, yang penting itu menulis. Asal menulis, singkatnya seperti itu. Menulis yang ada dibenak pikiran itu sudah bagus. Mengonkritkan atas pikiran itu sudah bagus. Mengonkritkan atas abstrak dari pemikiran itu sudah luar biasa. Salah satu wujud mengonkritkan dari hal yang abstrak adalah menulis. Bahasa Jawanya, ngetoke sing neng utek. Artinya, mengeluarkan yang ada di kepala. Menulis itu mengeluarkan "sesuatu" yang ada dibenak pikiran. Itulah menulis.

Bagi penulis pemula, hal di atas itu sudah sangat bagus. Karena tidak semua orang, mau menuliskan apa yang dipikirkan. Atau, tidak semua orang mau berpikir. Lalu, apakah mengonkritkan ide itu cukup hanya sekadar ditulis saja? Menulis yang hanya sekadar menulis?

Jawaban, pertanyaan di atas, menurut Bambang Trim dari pemahaman bukunya yang telah saya baca, ternyata hal tersebut itu tidak cukup. Penulis harus menguasai editing. Editing ternyata sangat diperlukan. Banyak contoh-contoh yang salah salam menulis. Mulai dari menulis sebuah kata, kalimat, paragraf, salah makna, dan kosa kata.

 Kesalahan-kesalahan tersebut berdampak minimal "mata" pembaca "sepet" melihat penulis yang salah atas tulisan. Salah tulisan/huruf saja, dampaknya hingga ke makna. Itu baru salah tulisan/ketik. Belum lagi pada taraf penyajian sebuah buku. Buku ternyata memiliki bagian-bagian, mulai dari cover hingga indeks. Pemahaman tentang perbukuan, juga harus dikuasai.

Saya menyebutnya karya Bambang Trim ini adalah ilmu alat. Ibarat orang ingin bisa memahami Alquran harus belajar ilmu alat seperti bahasa Arab, Shorof, Nahwu, dan ilmu lainnya. Sama halnya dengan orang yang ingin memahami/menulis sebuah buku, maka butuh ilmu alat, salah satunya ilmu editing. Buku editing ini adalah buku wajib bagi penulis karena isinya sangat wajib bagi penulis karena isinya sangat kompleks dan mendasar. 

Ibarat ilmu Nahwu itu kitab Jurmiyah. Orang yang ingin bisa membaca kitab kuning, minimal menguasai kitab Jurmiyah. Senada dengan itu, jika orang ingin menciptakan buku yang bagus, maka kuasailah buku karya Bambang Trim ini, karena buku ini merupakan ilmu alat yang sangat komprehensif. Tujuannya agar buku tersebut enak dibaca dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Saya yakin, pasti berbeda hasilnya bagi orang yang asal menulis dengan menulis tetapi memahami kaidah penulisan. Orang yang menerbitkan sebuah buku, tanpa mengetahui ilmu editing buku, pasti berbeda hasilnya dengan orang yang bisa menulis buku, sekaligus mengetahui editing buku. Oleh karena, penulis yang baik, pasti mengetahui editing. Tidak bisa dipisahkan antara penulis dengan editor. Menurut saya penulis pasti editor.

Jika ada orang yang hanya bisa menulis, maka pasti hanya bisa menulis. Tetapi, editor (menurut saya) pasti bisa menulis. Misal, ada tokoh artis yang sangat terkenal, ia tidak bisa menulis, maka ia dapat mengundang penulis untuk menuliskan pengalaman kesuksesannya. Hasil dari penulis tersebut, pasti "rasanya" akan berbeda dengan artis tersebut menulis sendiri pengalaman yang menarik. Terlebih, ia bisa mengeditnya, pasti "rasa" tulisannya lebih "merasuk" ke hati pembaca. Disinilah "rasa" kepenulisan akan dirasakan. Penulis yang diundang untuk menulis, penulis memang sebagai profesi, dan penulis sekaligus profesi (bisa mengedit). Itu semua, pasti berbeda hasil tulisannya.

Dengan demikian, level penulis sekaligus editor itu ada pada level paling atas. Penulis sekaligus editor adalah cita-cita sejati penulis. Jika, kita hanya bisa menulis saja, namun belum bisa menjadi editor atas karya sendiri, maka penulis tersebut belum dikatakan sebagai penulis yang hakiki. Penulis yang hakiki adalah penulis sekaligus editor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun