Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Hikmah Luar Biasa di Balik Lamanya Ketemu Jodoh

2 Februari 2025   11:19 Diperbarui: 2 Februari 2025   15:09 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Yang kelahiran 85, jangan lupa tahun ini kalian kepala 4 ya."

"Ketika yang seumuranku sudah antar anak masuk TK, aku ke mana-mana sendirian saja."

Setiap scroll medsos, kerap saya mendapati konten dengan tema seragam. Baik akun dengan nama laki-laki mapun perempuan, merasakan permasalahan yang sama. Adalah menunggu belahan jiwa, yang rupa-rupanya tak kunjung tiba.

Saya yang seketika dilanda penasaran, langsung mampir ke akun bersangkutan. Menilik dari konten-kontenya, pemilik akun cukup ganteng dan cantik. Tapi soal jodoh, kan tidak dilihat dari fisik semata.

Kegundahan bersua jodoh, sebenarnya ada dari masa ke masa. Sewaktu masih SD, ada tetangga yang menikah setelah berumur. Setelah dijodohkan antar pedagang, kedua mempelai anak pedagang sembako dan pedagang sandal.

Kemudian setelah dewasa, saya mengalami sendiri penantian lama soal jodoh. Beberapa kenalan lebih senior, memilih tidak menikah sampai usia senja. Ujian orang berbeda-beda, setiap orang dengan jalan takdirnya sendiri-sendiri.

Perkenankan saya turut melangitkan doa, semoga teman-teman segera dilekaskan ketemu jodohnya.

Kuncinya adalah jangan mudah putus asa, membuka dan menyibukkan diri pada banyak kesempatan pertemanan. Mudah bergaul, selebihnya pasrahkan pada Sang Khaliq. Dari persuaan jodoh yang tidak sebentar, niscaya menumbuhkan sebuah sikap sangat berharga.

Saya pribadi merasakan, ada hikmah luar biasa di balik lamanya ketemu jodoh.

------

Kompasianer, jalan saya menemukan jodoh bisa dibilang lumayan terjal. Tak terhitung, saya membuka hati tetapi gagal dan gagal lagi. Ibarat pencari pekerjaan, banyak surat lamaran dikirim tapi belum juga panggilan interview datang.

Kini adik-adik umurnya separuh saya, bahkan umurnya diawal kepala empat. Beberapa diantaranya curhat, butuh didengarkan. Keluh kesahnya mirip, yaitu menemukan orang yang klik.

Semasa kuliah nyambi bekerja, saya sudah memasang target usia menikah. Usia saya patok adalah 25, usia istri 2 atau 3 tahun lebih muda. Saat itu pekerjaan lumayan lancar, saya bisa menabung dengan baik.

Ketika di pertengahan kuliah, ada adik kelas cukup menyita perhatian. Ketika saya dekati, memang tidak langsung memberi signal baik. Tetapi berkat ketelatenan saya, lama-lama adik kelas membalas perhatian.

Singkat kata singkat cerita, kami jalan meski ketemu hanya di Kampus saja. Kami sama-sama bekerja, malam hari ambil kelas kuliah. Sesekali saya mengantar, dengan angkot ke rumah gebetan.

Hati saya mengerut, setelah ketemu ibunya. Si ibu bercerita, selain saya ada yang sering mengantar pulang. Adalah kakak tingkat---setingkat di atas saya--, diantar dengan roda dua.

Seketika itu saya langsung tidak bersemangat, memilih mundur tanpa ribut dengan kakak tingkat. Toh, masih ada beberapa tahun, untuk sampai ke target menikah. Pikir saya, masih bisa mencari pengganti yang lain.

Setelah lulus dan ngantor di media, saya naksir anak baru tetapi gagal. Pernah dikenalkan teman kantor, dengan teman yang satu kost. Pernah kenalan dengan yang lebih tua, saya tak menolak bersedia ketemuan.

Gagal dan gagal saya alami, sampai umur ini mendekati kepala tiga.

Hikmah Luar Biasa di Balik Lamanya Ketemu Jodoh

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

 Sudah menjadi kodrat manusia, mempertahankan apa yang dimiliki. Apalagi sesuatu yang didapatkan susah payah, effort lebih dikerahkan untuk mempertahankan. Kemudian yang telah didapat, niscaya akan dirawat dijaga sepenuh hati.

Pun, pada belahan jiwa pasti dijaga sekuat tenaga. Yang untuk kedatangannya, dibayar dengan kesabaran panjang. Yang untuk menemuinya, tak terhitung seberapa kerap doa dilangitkan.

Belum lagi, omongan dari orang sekitar. Membuat daun telinga panas, akrab dengan cibiran, nyinyiran atau sindiran. Maka belahan jiwa yang telah ada, akan dipertahankan sepenuh jiwa raga. Pasangan yang telah diraih hati, menjadi orang yang diprioritaskan keberadaannya.

-----

pernikahan adat sumbar- (Dokumentasi Pribadi)
pernikahan adat sumbar- (Dokumentasi Pribadi)

Menjalani kehidupan suami istri, adalah proses yang tak sebentar. Musti diusahakan sepanjang umur, hanya maut yang memisahkan. Bagi yang menempuh jalan terjal bersua belahan jiwa, dia merelakan diri mengalahkan ego.

Berusaha menjaga sikap dan setiap kalimat, agar tidak melukai batin orang dicinta. Mereka berusaha menyayangi sepenuh hati, berkomitmen bersama hingga waktu tak terhingga.

So, Kompasianer yang menanti belahan jiwa. Teruslah berusaha, tetap bersabar tak putus harapan. Setelah pasangan ditunggu tiba, rasa sayang tumbuh sedemikian besarnya. Bahwa hikmah luar biasa, ada di balik lamanya ketemu jodoh.

Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun