Salah satu video cukup viral, tentang anak-anak hebat dari orangtua hebat. Beberapa waktu lalu, viral anak pemulung lulus S2. Si anak kini menjadi dosen, diundang sebagai narasumber di berbagai forum bergtengsi.
Kemudian ada lagi, bapak tukang tambal ban di daerah jawa Tengah. Berhasil mengantarkan tiga anaknya, lulus perguruan tinggi. Bahkan satu anak---laki-laki-, mendapat beasiswa sudah lulus S2.
Saya berdecak kagum, sembari kebingungan soal biaya kuliah yang tidak sedikit. Bagaimana orangtua hebat ini, bertarung habis-habisan di medan pencarian nafkah.
Tetapi nyatanya, orangtua hebat ini setia dengan pekerjaanya. Bahkan setelah anak-anaknya selesai kuliah, mereka tetap mulung atau nambal ban.
Cintai Pekerjaanmu Meski Tak Membuat Kaya tapi Membuatmu Hidup
"Cintailah pekerjaanmu meskipun tidak membuatmu kaya tapi bisa membuatmu hidup"Â
(Facebook)
Membaca quote inspiratif di FB, membuat saya ingat teman senior lawas sales asuransi di Surabaya. Bahwa dengan sempritan alias peluit, bisa menguliahkan anak hingga lulus. Kemudian bapak pemulung dan penambal ban, anaknya juga lulus kuliah.
Saya jadi kepikiran, bahwa takaran rejeki sebenarnya tidak terngantung jenis pekerjaan. Tetapi dari seberapa sungguh-sunguh, seorang hamba berusaha sekuat tenaga. Ya, berusaha melalui macam-macam jalan pekerjaan. Pekerjaan semacam teknis, guna menemukan kran rejeki.
Semakin mencintai pekerjaan, maka seseorang akan sepenuh hati menunaikan pekerjaannya. Mungkin sekilas di mata manusia, memulung atau tambal ban hasilnya tak seberapa. Tetapi matematika kehidupan itu sangat unik, hitungannya sangat di luar nalar manusia.
Seperti video viral di medsos, yang berhasil mematahkan opini tersebut. Bahwa banyak orangtua dengan pekerjaan sederhana, tetapi terbukti bisa mengantarkan anak hingga berhasil.
-----