Kompasianer, yang sudah lama berumah tangga. Saya sangat yakin, pasti pernah mengalami perselisihan dengan pasangan. Entah perselisihan kecil ataupun besar, baik gara-gara persoalan sepele maupun persoalan serius.
Perselisihan suami istri, sebenarnya adalah hal yang sangat wajar. Namanya juga dua kepala, dengan isi atau ide berbeda. Dijamin pasti ada benturan, dijamin ada saatnya tidak tak seiring. Tetapi perselisihan, mau besar atau kecil tetaplah menghadirkan rasa kesal.
Dan sejatinya percecokan, bisa menjadi sebab suami istri saling belajar. Untuk lebih memahami kebiasaan pasangan, sehingga salah satu memilih mengalah. Â Dan di kemudian hari, sudah hapal apa saja yang sebaiknya dihindari agar pasangan tidak marah.
Sependek pengalaman berumah tangga, soal debat mendebat suami istri cukup unik. Kemungkinan faktor bawaan---hehehe--, secara kodrati pria dan wanita berbeda. Kalau pria biasa mengandalkan logika, sementara perempuan mengedepankan perasaan.
Nah, kalau melihat dari sudut pandang naluri ini. Semoga Kompasianer paham, mengapa suami perlu mengalah saat berdebat.
-----
"Semalam gue tidur nggak nyenyak," gerutu teman sembari mengambil nafas berat "bini ngunciin kamar, jadinya gue tidur di sofa" sambungnya
Sewaktu bujangan, ada teman kantor -- sudah berumah tangga- mengaku mengantuk berat di jam kerja. Masalahnya semalam tidak tidur nyenyak, sialnya kesengsaraan berlanjut di pagi hari. Istri tidak menyiapkan sarapan, kondisi pintu kamar masih dikunci rapat.
Untungnya, ada baju celana bersih di keranjang setrika-an. Teman ini menggosok sendiri, sebelum berangkat kerja. Sarapan di kantin kantor, selain ngantuk mood menjadi tidak bagus.
Keadaan yang tidak ideal hari itu, rupanya dipicu perdebatan suami istri. Saya mengingat samar- samar soal perdebatan, karena kejadiannya cukup lama. Tetapi masih bisa mengingat, merasakan, suasana hati teman satu ini.
Bermula dari istri yang mengutarkan ide, suami yang tidak setuju seketika menyangkalnya. Istri mempertahankan ide tersebut, disangkal suami dengan lebih sengit. Bahkan agar argumen kuat, teman ini menyertakan data dan fakta dari sumber terpercaya.
Seketika istri diam tutup mulut, tak bisa mementahkan sangkalan suami. Secara data dan fakta, dirinya diposisi tak berkutik. Dengan muka berantakan, istri bangkit dari kursi berpindah ke kamar.
Suami merasa di atas angin, menikmati kemenangan saat petang menuju malam. Membiarkan istri, menyendiri di kamar tanpa diganggu. Ketika malam mulai larut, suami baru sadar kalau pintu kamar dikunci.
Alasan Sebaiknya Suami Mengalah Saat Berdebat dengan Istri
Mengapa, suami perlu mengalah saat berdebat? Karena saat berdebat, wanita tidak berniat untuk menang, dia hanya ingin menjelaskan apa yang ia rasakan (Akun FB, Penyejuk Hati)
Kompasianer, kalian pernah mengalami situasi seperti teman kantor di atas?
Saya pernah, di awal sampai sekira dua atatu tiga tahun pernikahan. Ego ini masih bergejolak, ada perasaan tidak mau kalah. Apalagi argumen saya, mempunyai landasan yang kuat dan valid. Tetapi dengan sikap itu, membuat saya mendapati suasana kaku di rumah.
Istri tidak sampai mengunci pintu kamar, kami masih ngontrak dan pintu kamar berbahan triplek. Kalau menutup cukup ditekan, kayu pintu menekan kusen cukup rapat. Tetapi bahwa muka istri yang ditekuk, membuat mood tidaklah bagus.
Seiring berjalannya waktu, saya paham cara mengatasinya. Yaitu berinsiatif lebih dulu minta maaf, tidak peduli saya di pihak yang benar. Biasanya hati istri mencair, dan juga akan meminta maaf balik.
------
Kalimat di akun FB saya tulis di atas, sangat real adanya. Saya mengamini, bahwa soal debat mendebat sebaiknya suami mengalah. Sungguh, tidak ada yang bisa dibanggakan. Dari keberhasilan suami, yang bisa memenangkan debat dengan istri.Â
Karena istri bukan musuh bukan rival, yang perlu dijatuhkan atau dikalahkan. Istri adalah partner, yang menguatkan suami. Mengalahnya suami saat debat, sama sekali tak menjatuhkan marabatnya di depan istri. Justru menumbuhkan rasa sayang, dan istri semakin perhatian.
Maka untuk part debat mendebat, mari kita suami mengesampingkan logika dan ego. Beri waktu yang lapang, pada istri untuk menyampaikan uneg-unegnya. Benar tidak benar, janganlah disangkal saat itu juga.
Nanti di waktu ke depan, ketika suasana sedang cair dan mood bagus. Kita para suami, meyampaikan pendapat dengan bahasa santai. Tidak perlu ada niat mengalahkan, karena istri tidak perlu dikalahkan.
Percayalah, tidak ada ruginya, suami mengalah berdebat dengan istri. Karena saat berdebat, wanita tidak berniat untuk menang, dia hanya ingin menjelaskan apa yang ia rasakan.
Semoga bermanfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI