Demikian juga perempuan bujang, yang kemudian berpredikat istri dan atau ibu. Rela meninggalkan kasur empuk di pagi buta, menyambut hari dengan berjibaku di dapur. Mengolah asupan pengisi perut, agar seluruh anggota keluarga siap berkegiatan.
Saya berani jamin, pasti ada titik bosannya, lelahnya, jenuhnya, ribetnya. Tetapi tetap dijalani, meski harus berjuang mengalahkan ego saban hari. Setelah bertahun-tahun, menjadi kebiasaan meski tetap saja sewaktu-waktu digelayuti bosan.
Seunik apapun sebuah relasi, tetap harus dipupuk dan dirawat. Suami dan istri atau anak dan orangtua, masing-masing musti terus mengilmui diri. Agar perasaan saling memiliki, saling membutuhkan, kan terjaga dan terpertahankan dari waktu ke waktu.
Suami, istri dan anak-anak, masing-masing dengan peran sesuai porsinya. Jangan dibolak balik atau bertukar peran, kecuali keadaan sangat mendesak. Ketika dijalankan peran itu sebisanya, niscaya relasi unik itu tetap terjaga.
Suami atau istri jangan pernah ada perasaan, merasa paling lelah paling berjuang. Perasaan ini sangat bahaya, mengunggulkan diri dan menyepelekan yang lain. Perasaan lebih inilah, yang bisa menjadi celah bisikan setan. Â
So, kalau muncul perasaan lebih, please, segera tepiskan.
Jangan Merasa Paling Lelah Paling Berjuang
"Kunci rumah tangga tenang dan bahagia itu, jangan pernah merasa paling berjuang, jangan pernah merasa paling lelah. Kalau lagi capek kita istirahat, kalau lagi jenuh kita makan enak. Kalau lagi bosan kita jalan-jalan. Semoga tetap sehat dan bahagia, rejeki mengalir deras dari arah mana saja" Akun Penyejuk Hati.
Sebagai suami sekaligus ayah, saya layaknya para suami dan ayah di luar sana. Kadang dipenuhi perasaan merana, kalau sedang berada di posisi terjepit. Musti membayar tagihan listrik, uang sekolah anak, pajak kendaraan, dan sebagainya, datangnya bertubi- tubi.
Sementara tabungan sedang tipis, diutamakan untuk kebutuhan keluarga sehari-hari. Duit yang ada musti dihemat-hemat, karena tidak ada cadangan lagi. Beban di pundak ini, rasanya seperti ditumpuk-tumpuk secara bersamaan.
Rasanya di rumah saat itu, saya adalah yang paling lelah paling berjuang. Mengadu ke istri soal uang tak mungkin, saya sangat tahu keuangan istri. Apalagi ke anak-anak, sangatlah tidak mungkin. Perasaan putus asa membujuk, agar mengambil jalan tidak benar.
Tetapi beruntungnya, suara pengimbang tiba-tiba datang. Membisiki hati agar sabar, memilih sendiri menyepi di kamar dan tidur. Ngobrol dengan pasangan saat kalut, besar kemungkinan akan dipenuhi emosi. Maka sebaiknya memilih diam, membawa rasa amarah ke dalam doa.