Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Proses Berniaga Seumpama Menjemput Belahan Jiwa

4 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 4 Desember 2024   11:21 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Percakapan laki-laki dan perempuan- dokpri

Saya termasuk orang, yang dituntut panjang sabar untuk urusan menjemput jodoh. Dulu target saya meleset, yaitu menikah di umur seperempat abad. Kemudian dikoreksi menikah umur 27 tahun, nyatanya hilal jodoh juga masihlah gelap.

Saat umur merambat mendekati tigapuluh, Ibu mulai memasang aksi. Cerewetnya ibu minta ampun, saya sampai terkaget-kaget dibuatnya. Setiap kesempatan ngobrol, hal itu dan itu ditanyakan. Meski saya akui, ibu sangat  bisa melihat situasi dan kondisi.

Konon menurut ibu, bahwa menjemput jodoh bisa diseumpamakan berniaga/ berjualan. Seorang  penjual sayur perlu effort lebih, agar dagangannya dilirik pembeli dan laku. Padahal penjual sayuran berderet banyak, menjajakan dagangan yang sama.

Pun, dalam urusan menjemput jodoh. Ibu meminta saya, mengerahkan effort yang berlebih. Kompaisner, yang jalannya berliku soal jodoh-- seperti saya--, mari tunjukkan usaha yang tidak tanggung-tanggung.

Setiap orang, memang berbeda-beda jalan menemukan belahan hati. Nikmati prosesnya, entah apa hasil yang akan didapatkan. Bisanya manusia sebatas berusaha, selebihnya tak kuasa menentukan.

Layaknya penjual sayuran, yang terus menawarkan dagangannya ke calon pembeli. Dirinya tidak tahu, konsumen  mana yang akan tertarik dan membeli.

Maka pejuang jodoh, jangan segan menawarkan diri. Membuka banyak pertemanan, mau mengoreksi diri dan mengikis ego.  Selama bukan perbuatan maksiat dan dosa, abaikan sejenak soal harga diri.

---

Ibu saya, memiliki warung di pasar di kampung. Mulai berjualan dari saya belum lahir, sampai merantau dan menikah. Setelah bapak meninggal, barulah warung diserahkan kepada anak tengah -- yang tinggal serumah.

Saat menasehati urusan jodoh, ibu menyeumpakan pedagang sayur. Agar sayur jualannya dihampiri pembeli dan laku, maka berbagai upaya wajib dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun